DPD PERGIZI PANGAN DI Yogyakarta Siap Perangi Stunting di Indonesia  

FK-KMK UGM. Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (DPD PERGIZI PANGAN) Provinsi DI Yogyakarta berkomitmen untuk berpartisipasi aktif untuk memerangi stunting di Indonesia dengan melakukan kolaborasi antarbidang ilmu dan multisektoral. Komitmen tersebut ditegaskan ketua panitia Webinar Nasional dengan tema “STRATEGI PENINGKATAN AKSES DAN KONSUMSI PROTEIN HEWANI UNTUK PENCEGAHAN STUNTING”.

Dwi Budiningsari, SP, M.Kes, Ph.D, yang juga merupakan Ketua DPD PERGIZI PANGAN DI Yogyakarta periode 2018-2023 dan Dosen Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM), Sabtu, 2 Maret 2024.   Webinar nasional ini juga diselenggarakan dalam rangka Hari Gizi Nasional ke-64 dan bersamaan dengan kegiatan Musyawarah Daerah DPD PERGIZI PANGAN DI Yogyakarta di Hotel University Club (UC) UGM, Yogyakarta. Keynote speaker  webinar nasional ini yaitu Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia dan juga Guru Besar Ilmu Gizi IPB University, Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS pada kesempatan tersebut juga menegaskan bahwa protein hewani sangat penting bagi tumbuh kembang manusia mulai dari terbentuknya janin hingga masa pertumbuhan. Konsumsi protein dalam jumlah yang cukup dan beragam akan mempercepat pertumbuhan linear anak.  Oleh karena itu perlu adanya kebijakan dan upaya masif untuk meningkatkan akses konsumsi protein. Kebijakan itu antara lain adalah peningkatan dan perbaikan sikap, pemerataan distribusi akses pangan hewani, pengendalian harga pangan hewani, peningkatan pendapatan, dan tentu saja keteladan yang diberikan oleh pemimpin untuk dapat diikuti oleh masyarakat.

Distribusi makanan hewani yang dianggap paling mudah adalah melalui Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) mengingat sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah. Akan tetapi pada kesempatan yang sama juga, salah satu tokoh DPD PERGIZI PANGAN DI Yogyakarta yang juga Guru Besar Universitas Mercu Buana Yogyakarta menyampaikan keprihatinannya yang mendalam. Dalam risetnya,  Prof. Dr. Ir. Chatarina Wariyah, MP yang juga bertindak sebagai pembicara, masih menemukan PJAS yang mengandung sakarin, siklamat, benzoat, borax, formalin dan rhodamin serta cemaran mikrobia berbahaya melebihi ambang batas yang diperbolehkan. Yang lebih memperihatinkan lagi, PJAS berbahaya tersebut dijual dalam tampilan yang mencolok dan sangat menarik perhatian anak-anak. Oleh karena itu Prof. Wariyah menekankan bahwa kehadiran negara dan partisipasi aktif masyarakat diperlukan untuk memberikan perlindungan komprehensif di lapangan pada anak sekolah dari paparan bahan berbahaya tersebut. Langkah urgent tersebut harus dilakukan segera mengingat bahan berbahaya tersebut menyebabkan penyakit infeksi pada anak. Hal ini tentu saja akan membahayakan dan memengaruhi status gizi anak Indonesia di masa depan. Secara makro keberadaan bahan cemaran yang ada pada jajanan yang biasa ditampilkan dalam bentuk yang sangat menarik tersebut pastinya mengganggu upaya pemerintah untuk memerangi stunting di Indonesia.

Makanan dan jajanan kekinian yang banyak dijual dalam bentuk dan kemasan yang menarik sangat berpengaruh terhadap pola makanan dan gaya hidup, terutama Gen Z. Makanan yang tidak seimbang, cenderung hanya mengandung satu jenis zat gizi, akan memberikan dampak kesehatan. Untuk isu yang satu ini, Dr. Nani Ratnaningsih, S.TP, MP yang juga salah satu tokoh DPD PERGIZI PANGAN DI Yogyakarta dan Dosen Universitas Negeri Yogyakarta memaparkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perlu ada usaha kreatif untuk meningkatkan value gizi suatu jajanan yang disukai oleh Gen Z. Harus ada usaha komprehensif dan kreatif terutama dari penggiat kuliner untuk menciptakan menu-menu baru yang menarik, lezat, memiliki kandungan gizi yang baik, aman, dan tentu saja memiliki cita rasa yang dapat diterima publik Gen Z. Ratnaningsih menyebutkan inovasi diperlukan untuk menyediakan alternatif jajanan yang mengandung bahan makanan tambahan yang  berbahaya. Harus ada upaya inovasi terus menerus untuk menciptakan produk kuliner berkualitas agar negara ini mampu memerangi stunting. Oleh karena itu perlu adanya edukasi, pelatihan, dan advokasi untuk meningkatkan literasi kuliner dan gizi pada seluruh lapisan masyarakat. Hal ini turut mendukung salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu kehidupan sehat dan sejahtera yang merupakah hak seluruh warga negara Indonesia serta konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

Webinar nasional ini memperoleh animo yang cukup besar karena tercatat ada 1256 pendaftar dari seluruh wilayah Indonesia. Dalam kesempatan Musyawarah Daerah ini juga Prof Dr. Ir Hardinsyah, MS melantik Dr. Agus Wijanarka, S.SiT., M.Kes (dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta) dan Dr Rio Jati Kusuma, S.Gz, M.S (dosen Departemen Gizi Kesehatan FK-KMK UGM) sebagai Ketua dan Wakil Ketua DPD PERGIZI PANGAN DI Yogyakarta beserta jajaran pengurus periode 2024-2029, menggantikan Ketua dan Wakil Ketua periode sebelumnya, Dwi Budiningsari, SP, M.Kes., Ph.D dan Dr. Nani Ratnaningsih, S.TP, MP.

Kegiatan ini merupakan salah satu upaya dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) terutama SDGs nomor 3 terkait Kehidupan Sehat dan Sejahtera), nomor 4 terkait Pendidikan Berkualitas, dan nomor 12 terkait dengan Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab serta SDGs 17 tentang Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Hal ini relevan dalam konteks webinar nasional dan musyawarah daerah karena mendukung upaya memerangi stunting dengan meningkatkan gizi anak-anak serta mendorong praktik konsumsi pangan yang aman, berkualitas, dan berkelanjutan bagi pembangunan yang berkelanjutan melalui webinar, kolaborasi antarbidang ilmu, serta multisektoral (Kontributor dan Foto: Nur Arief D. dari Departemen Gizi Kesehatan, Editor: Humas FK-KMK. Artikel ini telah diunggah di Website Departemen Gizi Kesehatan)