Dosen FK UGM berhasil meraih Award The ORBIS International Medal

FK-UGM. Residen PPDS Mata yang juga Dosen Fakultas Kedokteran UGM, dr. Widyandana, MHPE, PhD berhasil meraih award The ORBIS International Medal sebagai the best free paper dalam konggres ke-35 European Society of Cataract and Refractive Surgeons (ESCRS)  di Lisbon, Portugal (7 – 11 Oktober 2017). Presentasi oral paper berjudul “Early detection of Childhood Visual Impairment and Blindness using Key Informant Method in Bantul District, Indonesia” mengangkat isu terkait pengobatan dan pencegahan kebutaan di negara berkembang.

Best free paper presentation di berikan karena dianggap penelitian yang dilakukan cukup berkualitas dan memberikan kontribusi besar bagi penanggulangan penyakit mata di Indonesia. Medali ini mereka anugerahkan sebagai apresiasi tertinggi untuk kalangan akademisi yang melakukan penelitian dalam usaha pengobatan dan pencegahan kebutaan di dunia.

Penelitian dibawah bimbingan Prof. dr .Suhardjo, SU, SpM(K) dan dr. Agus Supartoto, SpM(K) mengenai kelainan dan kebutaan mata anak di Kabupaten Bantul, penelitian ini memang bukan penelitian biasa. Metoda key informant digunakan untuk mengumpulkan data dilapangan. Metoda key informant dalam penelitian sebelumnya memang telah terbukti efektif digunakan untuk screening di masyarakat. Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK UGM tentu saja tetap menjadi tumpuan dalam proses penelitian ini, antara lain memproduksi flipchart Gama yang berisi informasi kelainan mata anak, melaksanakan pelatihan kader key informant yang berjumlah 678 orang dari seluruh kecamatan di wilayah Bantul-nantinya kader tersebut akan membantu skrining kelainan mata anak di lingkungan mereka. Selanjutnya, anak-anak yang telah telah diskrining oleh kader di kirim ke vision camp untuk dilakukan pemeriksaan mata anak oleh tim medis dari Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK UGM. Pasien anak yang ditemukan mengalami kelainan dan kebutaan mata selanjutnya dirujuk ke RSUP Dr Sardjito untuk dilakukan pengobatan lebih lanjut dengan didampingi oleh relawan dari LSM Dria Manunggal. Penelitian ini merupakan kerjasama dari berbagai pihak, diinisiasi oleh Prof. Muhammad Muhit dari CSF Global, Bangladesh, diikuti oleh LSM Dria Manunggal, Perdami DIY serta disupport dana oleh Lions Clubs International Foundation (LCIF).

Penelitian ini berhasil mendapatkan sebanyak 631 anak yang hadir pada vision camp, dan ternyata sebesar 49.44% ditemukan mengalami kelainan penglihatan. Kelainan terbanyak adalah kelainan refraksi (32.04%), diikuti kelainan lensa (15.86%), dan kelainan bola mata (11.65%). Dengan angka prevalensi gangguan penglihatan berat dan buta adalah 0.14%. Angka tersebut menunjukkan kondisi kelainan dan kebutaan anak di masyarakat kita yang tentunya menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mengatasinya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipublikasi dan digunakan sebagai landasan penyusunan program pencegahan dan pengobatan penyakit mata anak di Indonesia.

“Ada 80% kasus kelainan mata anak yang ditemukan, ternyata dapat dicegah dan diobati,” ungkap dr Doni, sapaan akrabnya. Sehingga merupakan angin segar bagi dokter mata di Indonesia untuk segera melaksanakan program untuk mengatasinya, seperti yang telah giat dilakukan oleh Departemen IK Mata FK UGM dan Perdami DIY selama ini, yaitu baksos berbagi kacamata gratis bagi anak sekolah, baksos operasi katarak bersubsidi, dan screening retinopati diabetika.

Orbis adalah organisasi internasional yang berpusat di Amerika yang sangat peduli dalam penanggulangan kebutaan di seluruh belahan dunia. Bahkan mereka mempunyai pesawat terbang yang dilengkapi dengan fasilitas untuk operasi katarak massal di dalam pesawat tersebut. Dalam event besar internasional yang cukup bergengsi ini, kompetisi  terbukti sangat ketat karena diikuti oleh ribuan peserta dari berbagai negara di belahan dunia, yang tercatat ada 3.059 berbagai macam presentasi, termasuk free paper, e-poster, course, dll. (dr. Widyandana/Kontributor; Dian/IRO)

Berita Terbaru