FK-KMK UGM. Masivitas peningkatan jumlah penderita diabetes di Indonesia kian menjadi perhatian serius. Bagaimana tidak, penyakit ini tercatat sebagai golongan penyakit mematikan ketiga – setelah stroke dan jantung – yang diidap sekitar 10 juta orang.
Tentu, grafik ini menjadi perhatian serius bagi para pakar kesehatan, termasuk peneliti. Tidak terbatas pada orang dengan usia renta, justru kasus diabetes kerap diderita oleh kalangan usia muda. Hal ini dipicu akibat tingginya konsumsi gula, makanan instan, dan junk food serta minimnya aktivitas bergerak.
Dr. rer. nat. apt. Arko Jatmiko Wicaksono, M.Sc., peneliti Pusat Kedokteran Herbal dan dosen Departemen Farmakologi dan Terapi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) justru terilhami menangkap kondisi ini.
Melalui karya cipta berjudul “A-Small-Portable Digital Microscope To Detect Sugar Content In Herbal And Beverages Powder For Diabetic Patients (Home Applied)”, Arko menginisiasi metode cepat deteksi kandungan gula dan pemanis buatan dalam makanan dan minuman serbuk bagi penderita diabetes.
Karya ini diumumkan pertama kali pada 28 April 2022 di Bangkok pada International Conference on Innovative Product Development Thailand. Selain itu, karya ini pun telah memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia per 18 April 2024 lalu.
Menurut Arko, adanya batas konsumsi jumlah kalori harian pada penderita diabetes menjadikan pemanis buatan dipilih sebagai alternatif gula karena dapat memberikan rasa manis tanpa menghasilkan kalori bagi tubuh.
Namun, mendeteksi kandungan gula dalam serbuk makanan atau minuman menjadi penting untuk dilakukan.
Oleh karenanya, metode ini didesain untuk membantu penderita diabetes dalam memilah kandungan gula pada serbuk minuman atau makanan sehingga dapat membatasi jumlah konsumsi sejak dini.
Pada temuannya, Ia hanya membutuhkan seperangkat mikroskop digital mini untuk menemukan penanda kristal gula dan pemanis buatan. Alat ini bersifat portabel sehingga fleksibel dibawa kemana saja dan dikoneksikan dengan ponsel pintar untuk menemukan kristal terkait.
Di tambah, metode deteksi ini tergolong sederhana, mudah, murah, dan tidak memerlukan peralatan khusus yang canggih, serta ramah untuk diterapkan di rumah.
Arko pun menilai bahwa metode ini tergolong potensial karena sesuai dengan pesatnya kemajuan teknologi dan artificial intelligence yang berkembang di era kiwari kini.
Penelitian ini merujuk pada komitmen terhadap perwujudan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yakni Kehidupan Sehat dan Sejahtera (SDG 3) dan Infrastruktur, Industri dan Inovasi (SDG 9). (Kontributor – Dr.rer.nat. apt. Arko Jatmiko Wicaksono, M.Sc./Editor – Isroq Adi Subakti)
Keterangan foto: Arko memegang mikroskop digital portable seharga Rp. 150.000 yang digunakan untuk deteksi awal kandungan gula dalam makanan dan serbuk minuman.