Dosen Biokimia Bagikan Trik Sukses Diterima Kuliah di Dua Benua

FK-KMK UGM. Pada tanggal 24 Februari 2024, Abrory Agus Cahya Pramana, S.Si., M.Sc., seorang dosen di Departemen Biokimia, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) diundang oleh Bimo A. Tejo, Ph.D., seorang Associate Professor di Universiti Putra Malaysia, Malaysia, untuk memberikan pengalamannya berkuliah di dunia benua. Talkshow berjudul “Resep Raih Beasiswa Jepang dan Amerika” ini disiarkan melalui sosial media Instagram pada akun @ba.tejo dan @abrory_acp dan mendapat respon positif. Talkshow ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDG) atau Pembangunan Berkelanjutan tujuan 4 yaitu “Pendidikan Berkualitas.

Dalam talkshow ini, Abrory yang meraih gelar M.Sc. dari University of Tokyo, Jepang dan kini sedang melanjutkan pendidikan S3 di University of Illinois Urbana-Champaign, Amerika Serikat membagikan pengalamannya serta berbagai tips dan trik yang berguna bagi para mahasiswa yang bercita-cita untuk melanjutkan studi ke luar negeri, khususnya di universitas bergengsi seperti University of Tokyo dan University of Illinois Urbana-Champaign. Dengan pengalaman yang dimilikinya, Abrory memberikan wawasan mendalam mengenai persiapan yang perlu dilakukan, strategi dalam menghadapi seleksi, serta kiat-kiat untuk mencapai kesuksesan akademik di luar negeri.

Pada pemaparannya, Abrory menekankan pentingnya menjalin komunikasi aktif dengan para profesor di luar negeri. Beliau menyampaikan bahwa networking dengan peneliti dari negara lain dapat dilakukan dengan cara mengikuti webinar dan konferensi, bahkan dapat juga melalui sosial media. Menurutnya, selain diskusi dan korespondensi yang baik dengan profesor dapat mempermudah proses aplikasi ke universitas, koneksi dengan profesor ini dapat memberikan informasi terkait beasiswa, fellowship, dan skema pembiayaan yang lain.

Para peserta talkshow diajak untuk mendengarkan dengan saksama, bertanya, dan berdiskusi langsung dengan kedua narasumber tersebut. Diskusi yang berlangsung sangat interaktif dan memberikan banyak inspirasi bagi para mahasiswa untuk berjuang meraih cita-cita mereka dalam mengejar pendidikan tinggi di luar negeri. Dalam responnya terkait batas usia dan disabilitas, Abrory menjelaskan bahwa tidak ada diskriminasi usia dan disabilitas, bahkan penyandang disabilitas selalu difasilitasi oleh kedua negara. Informasi ini dapat membantu menyukseskan SDG tujuan 10 yaitu Berkurangnya Kesenjangan.

Talkshow ini merupakan salah satu upaya memberikan dorongan dan dukungan kepada para mahasiswa yang berminat untuk melanjutkan studi ke luar negeri, serta memberikan informasi yang berguna dan mendalam mengenai proses aplikasi beasiswa dan fellowship. Semoga dengan adanya acara ini, semakin banyak mahasiswa yang terinspirasi dan termotivasi untuk meraih prestasi di tingkat internasional. (Penulis: Departemen Biokimia. Editor: Kuni Haqiati)