FK-KMK UGM. Doktor UGM, dr. Juni Kurniawaty, MSc., SpAn.KAKV., berhasil mengembangkan model skor baru predictor mortalitas. Melalui penelitian berjudul “Pengembangan Model Skor Baru Sebagai Prediktor Mortalitas di dalam Rumah Sakit pada Pasien Bedah Jantung Dewasa dan Perbandingan Performanya dengan EuroSCORE II: Penelitian Multisenter di Indonesia”, dengan promotor: Prof. Dr. dr. Budi Yuli Setianto, Sp.PD(K)., Sp.JP(K)., dr. Juni berhasil meraih gelar Doktor UGM ke-5.583, Rabu (14/9).
“Prosedur bedah jantung di Indonesia mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa model prediksi telah dikembangkan untuk memperkirakan risiko mortalitas pada pasien yang menjalani operasi bedah jantung. EuroSCORE II, skor yang umum digunakan, memiliki kemampuan diskriminasi dan kalibrasi yang akurat pada populasi Eropa, tetapi terdapat perbedaan pada populasi di Indonesia”, ungkap dr. Juni.
Beberapa kajian menurutnya menunjukkan bahwa penelitian mengenai validitas atau kinerja sistem skoring pada pasien bedah jantung masih relatif jarang di Indonesia dan penelitian yang ada masih bersifat retrospektif dengan menggunakan data rekam medis. Dari skor sistem penilaian yang ada, EuroSCORE II adalah yang paling sering diteliti di Indonesia.
Dokter Juni mengungkapkan berdasarkan hasil beberapa penelitian khususnya di RS Dr Sardjito, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dan RS Dr Cipto Mangunkusumo menemukan bahwa EuroSCORE II menunjukkan kemampuan diskriminasi yang baik, tetapi kalibrasi lemah.
Ada beberapa alasan yang menurutnya menjadi penyebab mengapa model risiko ini memiliki kinerja yang kurang optimal. Pertama, meskipun faktor risiko kardiovaskular (misalnya gagal ginjal, diabetes) dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam model, faktor yang kurang menonjol mungkin juga berpengaruh. Kedua, banyak model risiko dikembangkan melalui pendekatan statistik standar, tidak mempertimbangkan interaksi antara faktor risiko atau prosedur pembobotan spesifik. Ketiga, ketidaksesuaian sering muncul antara kelompok sampel pasien yang digunakan untuk pengembangan model dan kelompok pasien yang ada dalam praktik.
“Model skor baru memiliki kemampuan diskriminasi dan kalibrasi yang lebih akurat dibandingkan dengan EuroSCORE II, sehingga berpotensi menjadi model skor baru untuk memprediksi risiko mortalitas di dalam rumah sakit pada operasi bedah jantung dewasa di Indonesia”, pungkasnya. (Wiwin/IRO)