Doktor UGM Kaji Efektivitas Prosedur Keselamatan Pasien Cabut Gigi

FK-KMK UGM. Kompleksitas prosedur bedah mulut, seperti Tindakan pencabutan gigi menyebabkan spesialisasi Ilmu Kedokteran Gigi ini memiliki insiden keselamatan pasien tertinggi. Prosedur bedah mulut juga memiliki beragam risiko bagi pasien.

“Komplikasi pasca cabut gigi di Indonesia masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan kejadian di luar negeri, yakni 38,6%. Kebanyakan komplikasi tersebut memerlukan biaya penanggulangan yang relative tinggi,” ungkap drg. Rr. Pipiet Okti Kusumastiwi, MPH, saat mengikuti ujian terbuka program promosi Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Rabu (18/8) secara daring.

Manajemen rumah sakit bertugas untuk memberikan iklim kerja yang mendorong keselamatan pasien sebagai prioritas utama. Oleh karenanya, dukungan kebijakan rumah sakit sangat diperlukan untuk memberikan jaminan keselamatan pasien.

“Pada dunia kedokteran umum, salah satu upaya untuk meningkatkan keselamatan pasien adalah dengan mengimplementasikan beberapa intervensi secara bersamaan (bundle). Konsep bundle dikembangkan oleh Institute for Healthcare Improvement (IHI) sebagai cara untuk mendukung petugas kesehatan agar memberikan perawatan terbaik berdasarkan evidence yang tersedia. Konsep awal bundle diimplementasikan pada bidang kardiologi, namun pada perkembangannya, bundle lebih diarahkan untuk mencegah healthcare-associated infections (HAIs),” imbuh drg. Pipiet.

Secara umum, penelitian yang dipromotori oleh Prof. dr. Adi Utarini, MSc., MPH., PhD ini bertujuan untuk menilai efektifitas implementasi Dental Safety Procedure Blundle (DSPB) dalam menurunkan insiden keselamatan pasien cabut gigi moral ketiga rahang bawah impaksi di RSGM Yogyakarta.

Penelitian ini berhasil menghantarkan drg. Pipiet meraih gelar Doktor UGM ke-5.255 dengan predikat Cumlaude IPK: 3,91 (Wiwin/IRO)