FK-KMK UGM. Doktor Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, Dr. dr. Johan A. Hutauruk, Sp.M(K) melakukan penelitian dengan membandingkan komponen optikal yang paling berpengaruh terhadap kualitas penglihatan pasien pseudofakia (lensa palsu) pada populasi usia tua di Indonesia pada penyakit katarak. Hasil penelitiannya dipaparkan dalam sidang terbuka program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FK-KMK UGM, Senin (24/10).
Kualitas penglihatan pasien katarak dengan usia muda (17-23 tahun) dengan visus 6/6 sebagai standar baku dengan pasien pseudofakia dengan visus 6/6 dipengaruhi oleh NIKBUT, diameter pupil mesopic dan fotopik serta RMS HOA.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa lapisan air mata dengan nilai NIKBUT (Non-invasive keratographic tear film break-up time) yang rendah pada kelompok psuedofakia mempengaruhi gangguan kualitas penglihatan secara subjektif. Lapisan air mata sangat penting untuk kualitas penglihatan yang baik dimana mata kering berhubungan dengan iregularitas permukaan kornea.
Hasil penelitian juga menunjukkan kualitas penglihatan kelompok pseudofakia mendapatkan nilai PSF (point spread function) yang sama baiknya dengan kelompok kontrol. Hal ini dikompensasi dengan diameter pupil mesopik dan fotopik yang lebih kecil pada kelompok pseudofakia yang membantu mengurangi PSF pada pupil kecil. “Sepertinya hal ini menjadi solusi alamiah untuk mengurangi keluhan penglihatan pada usia tua (nature will find the way),” ungkap Doktor Johan dalam Disertasi berjudul ‘Kontribusi Komponen Optikal Bola Mata terhadap Aberasi Derajat Tinggi dan Kualitas Penglihatan Pasien Pseudofakia Usia Lanjut Dibandingkan dengan Pasien Usia Muda Normal’
Penelitian berhasil membawa Doktor Johan meraih predikat sangat memuaskan dengan promotor dr. Muhammad Bayu Sasongko, M.Epi., Ph.D., Sp.M(K). (Dian/Humas-IRO)