Doktor FK-KMK Teliti Potensi Sitokin pada Kanker Ovarium

FK-KMK UGM. Mahasiswa Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, dr. Moh. Nailul Fahmi, Sp.OG(K)N melaksanakan Ujian Terbuka dengan judul “Kadar VEGF, Interleukin-6, Interleukin-10 dan TNF-α pada Cairan Peritoneum, Tumor Infiltrating Lymphocyte (TIL) dan Lymphovascular Space Invasion (LVSI) pada Jaringan Tumor Sebagai Prediktor Progression-free Survival (PFS) Karsinoma Ovarium” pada Selasa (18/07) di Auditorium Lantai 8 Gedung Pascasarjana Tahir Foundation FK-KMK.

dr. Moh. Nailul Fahmi memaparkan bahwa kanker ovarium merupakan ‘silent killer’. Kanker ovarium ini mempunyai jalur penyebaran secara pasif (diseminasi pasif) dan penyebaran hematon. Sitokin bertanggung jawab terhadap sejumlah proses fisiologis yang berkorelasi kuat dengan tumorigenesis, perkembangan tumor dan metastasis. Profil sitokin-sitokin pada cairan asites pada karsinoma ovarium menunjukkan adanya faktor-faktor pro-tumor dan antitumor dalam lingkungan mikro. Sitokin-sitokin protumor yang meningkat di antaranya: IL-6, IL-8, IL-10, IL-15, IP-10, MCP-1, MIP-1b dan VEGF

VEGF berkontribusi terhadap penyebaran kanker ovarium secara intraperitoneal dengan mempromosikan neovaskularisasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah yang mengarah pada pertumbuhan tumor intraperitoneal, pengembangan karsinomatosis peritoneum, dan pembentukan asites ganas. Sedangkan Progression-free Survival (PFS) didefinisikan sebagai periode waktu dari selesainya terapi pembedahan primer sampai diagnosis progresi penyakit.

Hasil penelitian ini menemukan skoring prediktor progression-free survival (prediktor progresi kekambuhan) dengan menggabungkan faktor klinis, patologis dan biomolekuler cairan peritoneum atau asites. Penelitian yang dilakukan pada cairan peritoneum atau asites dimana merupakan bahan yang ideal untuk menggambarkan proses yang terjadi lebih dulu karena rute penyebaran karsinoma ovarium yang paling banyak adalah melalui aliran cairan peritoneum.

Selain itu terdapat potensi kadar IL-6 dan IL-10 pada cairan peritoneum sebagai prediktor Progressionfree Survival. Pengukuran kadar sitokin IL-6, IL-10,TNF-α dan VEGF dengan menggunakan Human cytokine magnetic 10-plex panel for luminex (commercial kit Invitrogen), high sensitive ELISA kit for tumor necrosisfactor alpha (TNF-α) HEA133HU dan Human VEGF Quantikinine ELISA Kit R&D. Pada penelitian ini didapatkan kolinearitas antara IL-10 dan IL-6.  Ada bukti yang menunjukkan bahwa IL-6 dan IL-10 berinteraksi dalam asites kanker ovarium. Interaksi ini berkontribusi pada penekanan kekebalan yang diamati pada kanker ovarium dan perkembangan lingkungan mikro pro-tumor.

dr. Moh. Nailul Fahmi menyimpulkan peningkatan kadar IL-6 cairan peritoneum dan usia serta histologi tipe II merupakan prediktor independen perburukan PFS. Kadar VEGF, TNF-α, TIL, LVSI jaringan tumor tidak berhubungan dengan PFS. Beliau juga menyarankan adanya penelitian lanjutan mengenai IL-6 dan IL-10 pada serum dan asites dengan dilakukan pengukuran sebelum operasi, sebelum kemoterapi dan follow up pasca kemoterapi sebagai marker untuk menentukan progresivitas dan kekambuhan pasien karsinoma ovarium. Serta mempertimbangkan untuk dilakukan penelitian lanjutan mengenai anti-IL-6 dan anti-IL-10 sebagai terapi target pada karsinoma ovarium, memeriksa sel-sel yang memproduksi IL-6 dan IL-10 dan memeriksa reseptor IL-6 dan IL-10. (Sitam/Humas).

Berita Terbaru