Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK-KMK mengampu 11 bidang pengembangan ilmu kesahatan mata yaitu :

  1. Katarak,Kornea dan Bedah refraksi
  2. Infeksi dan Imunologi Mata
  3. Glaukoma
  4. Vitreo-retina
  5. Neuro-Oftalmologi
  6. Refraksi dan optimasi penglihatan
  7. Onkologi
  8. Okuloplasti dan rekonstruksi
  9. Pediatric Ophthalmology
  10. Strabismus
  11. Oftalmologi Komunitas

Pada tahun 2016, karena terbatasnya jumlah staf , maka ke sebelas bidang pengembangan ilmu tersebut dibagi ke dalam 5 Divisi. Pada tahun 2020 ini, karena jumlah staf sudah lebih memadai, maka dapat dimekarkan menjadi 7 subdivisi sebagai berikut :

Divisi :

  1. Infeksi dan Imunologi Mata , Katarak,kornea dan Bedah Refraksi dan Oftalmologi Komunitas

Ketua divisi : Prof. Suhardjo SU SpM K

  1. Glaukoma

Ketua Divisi : Dr. Retno Ekantini SpM K MKes

  1. Vitreo retina:

Ketua Divisi : dr. Angela Nurini Agni SpM K MKes

  1. Pediatric ophthalmology & Strabismus

Ketua subdivisi : Dr. Haryo Yudono SpM K. MSc

  1. Tumor, Rekonstruksi dan Okuloplasti

Ketua subdivisi : Dr. Agus Supartoto SpM K

  1. Refraksi dan Optimasi Penglihatan

Ketua divisi : dr Sagung Gede Indrawati SpM (K)

  1. Neuro Oftalmologi

Ketua divisi : dr Widyandana SpM (K)

Sejarah Departemen

Perkembangan Bagian Ilmu Penyakit Mata, dimulai sejak 69 tahun yang silang dengan nama Balai Pengobatan Mata. Balai pengobatan mata ini tepatnya dibuka tanggal 1 april 1947 di Jalan Beji no. 22 atas prakasa dr. Maas dari Inspeksi Kesehatan Mata Jawa Tengah. Dalam sebulan kunjungan pasien adalah 932 penderita (242 kasus baru dan 681 kasus lama). Penderita yang mendapat pelayanan adalah para pegawai, penduduk yang kurang mampu, dan mereka yang berhak berobat seperti siswa sekolah.

Pada tanggal 1 Junmi 1950 dr. Pranowo ditunjuk menggantikan dr. Maas yang pindah ke semarang mengikuti Inspeksi Kesehatan Mata Jawa Tengah. Sebelumnya dr. Pranowo adalah Kepala Bagian Mata di rumah sakit Surabaya dan asisen leeraar di NIAS Surabaya lebih dari 11 tahun. Di bawah pimpinan dr. Pranowo, Balai Pengobatan di Jl. Beji dipakai untuk pelayanan rawat jalan, sedangkan untuk keperluan operasi dilaksanakan di rumah sakit “DR. Yap” dan untuk rawat inap disediakan di Tempat Perawatan Tentara (TPT) di Jl. Gondomanan atas kebijaksanaan Kolonel dr. R. sutarto. Dengan berpindahnya pemerintah pusat dari Yogyakarta ke Jakarta, maka BPM (Balai Pengobatan Mata) diserahkan ke UGM dengan surat keputtusan menteri No. 1882/sec/27 tanggal 1 Agustus 1950. Dengan sendirinya status pengawai berubah menjadi pegawai kementrian pendidikan dan kebudayaan. Setelah BPM menjadi milik rumah sakit Gadjah Mada, maka tindakan operasi dilaksanakan di rumah sakit Kadipaten. Pelaksanaan operasi tidak dikerjakan di dalam operasi oleh dr. Pranowo, tetapi dikerjakan di depan kamar operasi, teapatnya di gang, supaya mendapat penerangan yang redup. Penderita kemudian dirawat du rumah sakit Mangkubumen, kuliah oftalmologi untuk mahasiswa FK (Fakultas Kedokteran) diberikan di dalem Mangkubumen. Yang menempuh ujian oftalmologi pertama adalah dr. sugiyanto. Pendidikan koasisten diadakan di Jl. Beji no. 22 Yogyakarta dengan tempat diskusi di kamar belakang yang sempit.

Pada tahun 1954 komplek perumahan di Jl. Jenggotan no. 3, 5 dan 7 digunakan untuk rumah sakit mata. Komplek tersebut semula adalah milik seorang bangsawan, kemudian dijual dan digunakan untuk pabrik tahu. Gedung RS kenggotan memiliki luas tananh 35 x 40 m2, sedang luas bangunan adalah 20 x 20 m2 dengan halaman yang mampu menampung sekitasr 20 mobil. Bangunan Jl. Jenggotan no. 5 digunakan untuk rumah sakit sedang no 7 untuk tempat tinggal dokter dan no 3 di tempati oleh perawat senior. Pada tahun itu semua kegiatan rawat jalan Beji no. 22, pelayanan rawat inap di rumah sakit tentara dan kegiatan operasi di pindahkan ke RS. Jenggotan. RS. Jenggotan memiliki 13 tenaga paramedis, 10 orang pekarya dan 3 orang tenaga non-medis. pada awal penggunaannya RS tidak menyediakan makan pagi bagi penderita, hanya menyediakan tempat saja. Pada tahun 1961 makan penderita dikirim dari RS. Pugeran. RS jenggotan memiliki kapasitas 50 tempat tidur dengan BOR sekitar 50-60%. Tidak dibagi dalam kelas, hanya dibagi dalam kamar untuk laki laki dan untuk wanitadan ruang untuk penderita steril paska bedah katarak dan kamar non-steril. Visite dilakukan 2 kali seminggu yaitu hari Senin dan Kamis.

 

  1. Jenggotan

Pada tahun 1960, Gedung perpustakaan UGM di Jl. Scodiningrat (Loji Kecil/Jl. Suryotomo 1a) pindah ke bulaksumur, Gedung itu kemudian diserahkan kepada bagian mata dan dipergunakan untuk keperluan rawat jalan dan pendidikan koasisten. Poliklinik mata loji kecil (Jl. Suryotomo 1a) memiliki 16 tenanga paramedis, 6 orang tenangan nonmedis (Tata Usaha/TU), dan 0 orang pekarya. Penderita yang datang ke poliklinik ini rata rata 60-70 orang sehari. Pemeriksaan dilakukan oleh 3 orang dokter dan 3 orang perawat senior. Perawat senior membantu pemeriksaan dokter dan memberikan terapi sederhana, tetapi tidak memberikan resep. Keadaan ini dilakukan karena keterbatasan dokter waktu itu. Kuliah oftalmologi umum dan khusus bagi mahasiswa FK UGM diberikan di ruang kuliah Mangkubumen. Sejak tahun 1963, dr. Gunawan diserahi memberikan kuliah oftalmologi umum dengan pengawasan Prof. Dr. Pranowo. Kuliah oftamologi umum diberikan sekali dalam seminggu selama satu semester. Kuliah oftamologi khusus diberikan oleh prof. Pranowo. Kepaniteraan klinik berlangsung selama 6 minggu. Koasisten berjumlah 1-4 orang. Responsi pasien diberikan setiap hari pada siang hari setelah tugas poliklinik maupun tugas bangsal selesai, kecuali hari Rabu dan Sabtu diadakan pagi hari. Responsi dipimpin langsung oleh Prof. Pranowo. Ujian Oftalmologi diadakan setelah ujian umum. Pendidikan 3-4 tahun Kerjasama dilakukan dengan rumah sakit mata DR. Yap dan Rumah Sakit Tentara Magelang.

Periode 1971- 1982

Pada tanggal 1 November 1971, Dr. Gunawan ditunjuk menjaba sebagai Kepala Bagian Ilmu Penyakit Mata FK. UGM, berdasarkan SK Rektor No. UGM/HR/II/C/72 tanggal 15 februari 1972. Sampai 1980 Rumah Sakit Jenggotan masih digunakan sebagai tempat pelayanan dan pendidikan dokter. Perpindahan poliklinik dari Rumah Sakit Mata ke RSUP dr. Sardjito di sekip dimulai dengan perpindahan poliklinik pada tahun 1981. Tetapi pentahapan perpindahan kegiatan rawat jalan telah dimulai sejak tanggal 1 April 1977, dengan jadwal buka 3 hari per minggu yaitu Kamis, Jumat, Sabtu di poliklinik mata RSUP. Dr. Sardjito. Pada tanggal 1 April 1981, poliklinik di jalan suryotomo tutup dan pindah ke RSUP dr. Sardjito. Selanjutnya gedung degung RS. Jenggotan dan poliklinik mata di Jl. Suryotomo di serahkan selurhnya kepada Universitas Gadjah Mada. Pada periode ini kerjasama diperluas dengan Bank Mata (Perkumpulan Penyantun Mata Tuna Netra Indonesia), dan FK Universitas Indonesia/RS. Cipto Mangunkusumo,

Dr. Gunawan SpM K

Periode 1982-1987

Sejak tahun 1982, pelayanan kesehatan mata dilaksanakan di RSUP. Dr. Sardjito, yang diresmikan pembukaannya pada tanggal 28 Februai 1982. Tahun itu pula dr. Mustazimbillah Ghozi diangkat sebagai Kepala Laboratorium Ilmu Penyakit Mata merangkap sebagai Kepala Unit Mata RSUP. Dr. Sardjito. Sarana yang ada berupa poliklinik dengan 7 kamar periksa dan bangsal dengan kapasitas 36 tempat tidur.

Untuk meningkatkan pelayanan bagi penderita bagian mata membagi diri menjadi 5 subdivisi yaitu divisi khorioretina, onkologi, strabismus, glaukoma dan kornea. Kuliah oftalmologi diberikan pada mahasiswa semester II. Koasistensi dilaksanakan selama 6 minggu. Rata rata koasisten yang ada di bag mata adalah 12 orang. Responsi dilakukan setiap hari. Pendidikan dokter spesialis menerapkan katalog 1978, degan memanfaatkan pelayanan di Puskesmas dan RS. Kabupaten.

Dilakukan kerjasama dengan Yayasan Dharmais dalam penanggulangan kebutaan karena katarak. Proyek katarak Perdami-Dharmais dimulai sejak tahun 1986. Kerjasama dengan Rumah Sakit kebupaten dilaksanakan untuk meningkatkan sistem rujukan sesuai dengan persetujuan yang telah diasalan antara direktur Rumah Sakit dengan Dekan/Rektor. Kerjasama dengan Bank Mata dalam bentuk tindakan operaso keraoplasti. Kerjasama dengan FK UI dilakukan dengan mengirim dokter spesialis mata RSUP DR Sardjito untuk elengkapi, menambah ilmu, dan ketrampilan.

Periode tahun 1987-1991

Dr. Hartono diangkat sebagai Kepala Laboratorium Ilmu Penyakit Mata. Beliau juga merangkap sebagai Kepala Unit Mata RSUP. Dr. Sardjito. Untuk meningkatkan mutu pelayanan rawat jalan, diadakan pembagian jenis pelayanan menjadi 10 subdivisi sampai sekarang, yaitu : Refraksi dipimpin oleh dr R. Sarodjo, Penyakit Mata luar dan kornea dipimpin oleh dr. Gunawan, uvea dan lensa dipimpin oleh dr. Suhardjo dan dr. Nunuk Maria Ulfah, Trauma dipimpin oleh dr. A. Sumarsono dan dr. Siti Sundari Galukoma dipimpin oleh dr. Budiharjo, retina dipimpin oleh dr. Mu’ta,aimbillah Ghozi dan dr. Angela Nurini Agni, Onkologi dipimpin oleh dr. Agus Supartoto, Strabismus di pimpin oleh dr. Sri Raniwati dan dr. Tri Sutartin, Pediatri oftalmologi dipimpin oleh dr. Wasisdi Gunawan, neurooftalmologi dan genetika dipimpin oleh dr. Hartono sendiri.

Dr. Hartono SpM K beserta istri

Di poliklinik tersedia kamar operasi kecil. Pelayanan kesehatan rawat jnap tidak bayak berubah dari periode sebelumnya. Kuliah oftalmologi bagi mahasiswa semester VIII diberikan 2 jam seminggu oleh staf pengajar. Para staf pengajar menulis diktat pegangan dengan judul sesuai dengan subdivisi yang diasuhnya masing masing. Diktat dibukukan dalam 10 bab. Ujian mahasiswa diadakan dengan multiple choice question.

Pelaksanaan kepaniteraan klinik melibatkan para staf pengajar dan para residen dalam membeimbing mahasiswa. Kuliah pengayaan diberikan secara teratur selama menjalani kepaniteraan yang berlangsung 6 minggu. Koasisten mendapatkan tugah menterjemahkan majalah oftalmologi atasu satu bab di bukuk oftalmologi dan membuat satu referat. Para koastien juga mendapat tugas membantu pelayanandi RS. Wonosari, RSU tegalyoso Klaten, dan RS. Tidar Magelang

Dr. Aloysius Sumarsono SpM beserta istri

 

Pendidikan spesialis diawali dengan ujian masuk residen dan masa pendidikan memerlukan wakty lebih dari 4 tahun dan diakhiri dnegan membuat karya akhir dan ujian komprehensif. Kerjasama dengan pihak luar juga diperluas, misalnya di Rumah Sakit Tentara Magelan oleh residen yang telah melaksanakan stase di Subdivisi Penyakit Mata Luar dan melakukan operasi minor di poliklinik. Kerjsama dengan pupuk bontang Kalimantan timur berupa pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap. Kerjasama dengan Kanwil Depkes DIY dan Gapopin cabang Yogyakarta berupa pembentukan tim pemeriksa optikal.  Kerjasama dengan kanwil departemen Sosial berupa konsultasi dalam kegiatan Unit Rehabilitasi Sosial Keliling. Selain itu diadakan kerja sama dengan RS Mata DR YAP, RS Kabupaten di DIY, FK UI Jakarta dan RS Mata Cicendo Bandung.

 

Dr R Sarodja SpM dan dr Agus Supartoto SpM

 

Periode 1991 – 1995

Dr Wasisdi Gunawan diangkat menjadi Kepala Laboratorium Ilmu Penyakit Mata, juga nmerangkap sebagai Kepala Unit Mata RSUP DR. Sardjito. Dr. Hartono menjadi sekretaris Bagian. Pelayanan rawat jalan tetapi dalam 10 subdivisi. Subdivisi retina memiliki fundus kamera sehingga bisa dilakukan foto fundus angiografi, dan USG. Sub divisi Neuroofthalmologi dilengkapi dengan layar Byerrum dasn perimeter Goldman. Sarana rawat inap tidak banyak berubah. Pendidikan mahasiswa S-1 tidak berubah, termasuk kepaniteraan klinik. Selama kepanitraan seorang koasisten menerima penderita untuk dipertanggungjawabkan pada saat responsi dengan dosen yang berbedas-bedas. Pada dasarnya koasisten tidak diminta membantu pelayanan baik di poliklinik maupun di bangsal atau kamar bedah. Koasisten dikirim ke RSU Tegalyoso Klaten, RSU Tidar Magelang dan RSU Wonosari untuk memberikan pelayanan kepada penderita dengan diawasi oleh residen yang sedang bertugas di tempat itu.

Dr. Sri Raniwanti SpM

Penerimaan residen dilakukan setiap bulan Januari dan Juli. Sebelumnya calon residen menempuh ujian tulis ofthalmologi dan bahasa inggris. Peserta Pendidikan dokter spesialis mata FK UGM pada tanggal 1 Januari 1995 berjumlah 27 orang. Lama pendidikan sekitar 4,5 tahun. Pertemuan ilmiah diadakan 3 kali seminggu untuk membahas pengajuan referat dan laporan kasus, kasus yang sulit dan pembacaan jurnal dalam bahasa inggris. Hubungan kerjasama tetap dilakukan dengan Bank Mata, RS Tentara Magelang, RS Kabupaten, Yayasan Dharmais, Kanwil Departemen Kesehatan DIY, dan Kanwil Departemen Sosial DIY. Residen mendapat brevet pada periode ini berjumlah 14 orang.

Periode 1996 – 2000

Pada periode ini kepemimpinan bagian mata dipegang oleh Dr. Budihardjo dengan sekretaris bagian Dr. Hartono. Pada tahun 1999 Dr. Budihardjo, DAP&E mendapat gelar doktor dan dikukuhkan menjadi guru besar pada tahun 2001. Pertemuan ilmiah residen ditambah waktunya menjadi 4 kali seminggu. Dengan penggunaan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar selain untuk pembacaan buku ajar. Pada masa ini dicanangkan program percepatan masa pendidikan. Pada periode ini juga fellow untuk subdivisi glaukoma sudah mulai dibuka.

 

 

Periode 2001-2004

Dr. Suhardjo, SU diangkat sebagai Kepala Bagian Ilmu Penyakit Mata menggantikan Prof. DR. Dr. Budihardjo, DAP&E yang telah menyelesaikan masa tugasnya. Dan menggangkat Dr. Angela Nurini Agni sebagai sekretaris bagian. Pada tanggal 1 Februari 2004 Dr. Suhardjo, SU dikukuhkan menjadi guru besar

 

Mulai penerimaan residen baru 1 Januari 2003 selain dilakukan tes tertulis juga diadakan uji ketrampilan berupa repair kornea. Januari 2004residen yang diterima diwajibkan mengikuti pendidikan magister di bagian Iklmu Kedokteran Klinik (IKK) FK UGM. Hubungan kerjasama ditingkatkan dengan Deseret Foundation, Puskesmas binaan di Imogiri dan Temon serta rumah sakit Kebumen. Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mengurangi kebutaan akibat katarak dilakukan kerjasama antara lain koran Kedaulatan Rakyat, PLN, RSKB Soedirman, Yayasan SAMPAI. Semua ini dilakukan di ruan operasi Flamboyan yang dilengkapi dengan CCTV serta metode Fakoemulsifikasi untuk operasi katarak.

Pada tahun 2004 bagian mata UGM telah menjalani penilaian akreditasi dan Kolegium Oftalmologi Indonesia yang merupakan institusi pendidikan Ilmu Penyakit Mata yang pertama yang dinilai di Indonesia, dan dinyatakan lulus dengan nilai B. Poliklinik mata telah dilengkapi dengan alat alat penunjang pemeriksaan yang lebih canggih berupa refraktometer, tonometer non kontak, foto fundus, beberapa slit lamp yang dihubungkan dengan CCTV. Serta untuk penanganan kasus kasus retina tersedia argon laser, sedangkan untuk kasus katarak dan glaukoma tersedia Nd Yag laser. Untuk subdivisi uvea lensa fellow untuk fakoemulsifikasi sudah mulai dilakukan termasuk fellow tumor dan okuloplastik. Argon dan Nd Yag laser untuk meningkatkan pelayanan di bagian retina, glaukoma dan uvea lensa.

 

Periode 2005- 2013

Dr. Agus supartoto ditunjuk sebagai Pejabat sementara Kepala Bagian Ilmu Penyakit Mata untuk menggantikan dr. Suhardjo yang diangkat menjadi Wakil Dekan Bidang administrasi, Keuangan, dan SDM Fakultas Kedokteran UGM, dan setelah itu Dr. Agus Supartoto SpM K menjabat  sebagai Kepala Bagian  selama 2 periode dengan Sekretaris bagian  dr. Angela Nurini Agni SpM K MKes.

Pada tanggal 10 Desember 2007 dr Wasisdi Gunawan SpM K dikukuhkan sebagai guru besar dengan pidato pengukuhan berjudul “ Gangguan Penglihatan pada anak karena Amblyopia dan Penanganannya”.

April 2009, dr Supanji berangkat ke Jepang untuk mengikuti pendidikan jenjang S3, dan kembali dengan gelar PhD Desember 2012.

Pada bulan Desember 2011 Bagian I Kesehatan Mata, atau Prodi PPDS I Mata mendapatkan Nilai Akreditasi A dari Kolegium Oftalmologi Indonesia .

Pada periode ini Bagian Ilmu Kesehatan mata mendapatkan staf baru, yaitu Dr. Muhamad Bayu Sasongko, dr Muh Eko Prayogo, dr Aditya Tri Hernowo, dr Agung Nugroho.

 

Periode 2013 – sampai sekarang:

Pada tahun 2013,dr Angela Nurini Agni diangkat sebagai ketua bagian, dan dr Tri Wahyu Widayanti sebagai sekretaris Bagian. Pada tahun 2014, dr Hartono SpM K mulai menjalani masa purna tugas, namun beliau masih bersedia aktif mendidik di bidang Neuro Oftalmologi.

Sesuai dengan Struktur Organisasi dan Tata Kelola (SOTK) Fakultas kedokteran UGM yang baru, maka pada bulan Desember 2015 nama  Bagian Ilmu Kesehatan mata diubah menjadi Departemen Ilmu Kesehatan Mata FakultasKedokteran UGM, sedangkan sebagai ketua dan sekretaris Departemen tetap terpilih dr Angela Nurini Agni dan dr Tri Wahyu Widayanti, dengan masa kerja sampai desember 2020. Pada tahun 2019 dr Triwahyu Widayanti mulai menjalani masa purna tugas, sehingga jabatan sekretaris Departemen untuk sementara kosong. Pada masa ini Deprtemen mendapatkan staf baru yaitu dr Dhimas Harisakti SpM, dr Renny Setyowati, dr Indra Tri Mahayan SpM PhD, dr Widyandana MhPE SpM (K) PhD, dr Bhanu Aji Dibyasakti SpM, dr Krisna Dwi Purnomo SpM, dr Irene Titin Darajari SpM dan dr Albaaza Nuadi SpM. Dua orang calon staf sedang menjalani Pendidikan S3 yaitu dr Dewi Fathin , di Liverpool Inggeris, dan dr Felicia di Sydney Australia. Sayang sekali, dr Aditya Tri Hernowo mengundurkan diri untuk bekerja sebagai dosen tamu di Universitas Malaysia di Malaysia.

Prodi PPDS1 I Keshatan Mata FK UGM menjalani akreditasi oleh LamPTKes, dengan hasil terakreditasi A, pada tahun 2017. Dr Dhimas berangkat untuk menjalankan Pendidikan strata 3 di Sydney akhir 2019, dan awal 2020 dr Bayu sasongko menjalani fellowship vitreoretinal di Sydney untuk 1 tahun sampai desember 2020.

Keunggulan Departemen

Penelitian dan Publikasi Internasional

 

Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKKMK UGM selalu berupaya dalam program peningkatan keilmuan dan diseminasi hasil penelitian melalui publikasi pada jurnal nasional dan internasional terakreditasi (2016-2020)

 

Diabetik Retinopati
1 Sasongko, Muhammad B., Sophie Rogers, Marios Constantinou, Sukhpal S. Sandhu, Sanjeewa S. Wickremasinghe, Salmaan Al‐Qureshi, and Lyndell L. Lim. “Diabetic retinopathy progression 6 months post cataract surgery with intravitreous bevacizumab vs triamcinolone: A secondary analysis of the DiMECAT trial.” Clinical & Experimental Ophthalmology (2020).
2 Sasongko, Muhammad Bayu, Firman Setya Wardhana, Gandhi Anandika Febryanto, Angela Nurini Agni, Supanji Supanji, Sarah Rizqia Indrayanti, Tri Wahyu Widayanti et al. “The estimated healthcare cost of diabetic retinopathy in Indonesia and its projection for 2025.” British Journal of Ophthalmology 104, no. 4 (2020): 487-492.

 

3 Sasongko, Muhammad B., Felicia Widyaputri, Dian C. Sulistyoningrum, Firman S. Wardhana, Tri Wahyu Widayanti, Supanji Supanji, Rifa Widyaningrum, Sarah R. Indrayanti, Idhayu A. Widhasari, and Angela N. Agni. “Estimated resting metabolic rate and body composition measures are strongly associated with diabetic retinopathy in Indonesian adults with Type 2 diabetes.” Diabetes care 41, no. 11 (2018): 2377-2384.

 

4 Dharmastuti, D. P., A. N. Agni, F. Widyaputri, S. Pawiroranu, Z. M. Sofro, F. S. Wardhana, S. Haryanto et al. “Associations of physical activity and sedentary behaviour with vision-threatening diabetic retinopathy in Indonesian population with type 2 diabetes mellitus: Jogjakarta Eye Diabetic Study in the Community (JOGED. COM).” Ophthalmic Epidemiology 25, no. 2 (2018): 113-119.
5 Sasongko, Muhammad Bayu, Felicia Widyaputri, Angela Nurini Agni, Firman Setya Wardhana, Satyaprabha Kotha, Prateek Gupta, Tri Wahyu Widayanti et al. “Prevalence of diabetic retinopathy and blindness in Indonesian adults with type 2 diabetes.” American journal of ophthalmology 181 (2017): 79-87.
6 Sasongko, Muhammad B., Angela N. Agni, Firman S. Wardhana, Satya P. Kotha, Prateek Gupta, Tri W. Widayanti, Supanji et al. “Rationale and methodology for a community-based study of diabetic retinopathy in an Indonesian population with type 2 diabetes mellitus: the Jogjakarta Eye Diabetic Study in the Community.” Ophthalmic epidemiology 24, no. 1 (2017): 48-56.
RETINA
1 Girsang, Waldensius, Dwi Cahyani Ratna Sari, Wahyu Srigutomo, Tjahjono Darminto Gondhowiardjo, and Muhammad Bayu Sasongko. “Two-Dimensional Projection of Relaxing Radial Retinectomy in Retinal Detachment with Severe Proliferative Vitreoretinopathy (PVR).” Indian Journal of Public Health Research & Development 11, no. 6 (2020): 1488-1491.
2 Winarni, Anik Ika, Ni Luh Putu Widyasti, Natalia Christina Angsana, Rizto Wisuda Senuari, Angela Nurini Agni, Agus Supartoto, Muhammad Bayu Sasongko, and Haryo Yudono. “Shortening Activated Partial Tromboplastin Time (APTT) Between Hypertension and Nonhypertension in Diabetic Mellitus Patients with Bevacizumab Intravitreal Injection.” International Journal of Retina 2, no. 2 (2019).

 

MENINGIOMA
1 Supartoto, A., Sasongko, M.B., Respatika, D., Mahayana, I.T., Pawiroranu, S., Kusnanto, H., Sakti, D.H., Nurlaila, P.S., Heriyanto, D.S. and Haryana, S.M., 2019. Relationships Between Neurofibromatosis-2, Progesterone Receptor Expression, the Use of Exogenous Progesterone, and Risk of Orbitocranial Meningioma in Females. Frontiers in Oncology8, p.651.
2 Supartoto, Agus, Indra Tri Mahayana, Didik Setyo Heriyanto, Muhammad Bayu Sasongko, Henricus Datu Respatika, Dhimas Hari Sakti, Prima Sugesty Nurlaila, Hari Kusnanto, Suhardjo Pawiroranu, and Sofia Mubarika Haryana. “Neurofibromatosis type 2 gene mutation and progesterone receptor messenger RNA expression in the pathogenesis of sporadic orbitocranial meningioma.” International journal of ophthalmology 12, no. 4 (2019): 571.

 

3 Supartoto, A., I. Mahayana, R. Christine, and Suhardjo. “Exposure to exogenous female sex hormones is associated with increased risk oforbito-cranial meningioma in females: a case-control study.” Int J Ophthalmic Pathol 5 3 (2016): 2.
GLAUKOMA
1 Adiarti, Rossada, Retno Ekantini, Angela N. Agni, Tien Y. Wong, and Muhammad B. Sasongko. “Retinal arteriolar narrowing in young adults with glaucomatous optic disc.” Journal of Glaucoma 27, no. 8 (2018): 699-702.

 

KORNEA
1 Lahagu, Eunike Amelina, Jajah Fachiroh, Andreas Surya Anugrah, Wasisdi Gunawan, and Indra Tri Mahayana. “Changes of lactate dehydrogenase in corneal edema after cataract surgery treated with trans-corneal oxygenation therapy.” International Journal of Ophthalmology 13, no. 7 (2020): 1148.
2 Erlangga, Marzarendra Dhion, Indra Tri Mahayana, Jajah Fachiroh, Angela Nurini Agni, Agus Supartoto, and Suhardjo Pawiroranu. “Changes in interleukin-6 tear concentration and clinical outcome in moderate-to-severe bacterial corneal ulcers after corneal collagen cross-linking.” International journal of ophthalmology 11, no. 8 (2018): 1421.
3 Pawiroranu, Suhardjo, Dede N. Herani, Reny Setyowati, and Indra Tri Mahayana. “Outcomes of corneal collagen cross linking prior to photorefractive keratectomy in prekeratoconus.” Ann Res Hosp 1 (2017): 1.
KATARAK
1 Nuraita, Ika, Wasisdi Gunawan, Retno Ekantini, Rinanto Prabowo, Suhardjo Pawiroranu, Agus Supartoto, and Indra Tri Mahayana. “Differences in pain and inflammation between Diclofenac 0.1% and Nepafenac 0.1% after Cataract Surgery”  International Eye Science  19, no. 5 (2019): 719-723.
2 Farahdina, Rahmawati, Supartoto Agus, Gunawan Wasisdi, Ekantini Retno, Prabowo Rinanto, and Mahayana Tri Indra. “Density and morphology of corneal endothelial cell after phacoemulsification using Ringer lactate versus balanced salt solution as irrigating solutions.” International Eye Science 18, no. 2 (2018): 207-212.
NEUROOFTALMOLOGI
1 Mahayana, Indra Tri, Tatang Talka Gani, and Suhardjo Pawiroranu. “The awareness of blindness related to misuse of illicit liquor containing methanol: A community study.” Journal of Community Empowerment for Health 1, no. 1: 1-5.
2 Mahayana, Indra Tri, Tatang Talka Gani, and Neil G. Muggleton. “The potential application of transcranial magnetic stimulation in ophthalmology: a brief perspective.” (2017).
PENGABDIAN MASYARAKAT
1 Mahayana, Indra Tri, Sagung Gede Indrawati, and Suhardjo Pawiroranu. “The prevalence of uncorrected refractive error in urban, suburban, exurban and rural primary school children in Indonesian population.” International Journal of Ophthalmology 10, no. 11 (2017): 1771.
2 Winarti, Tri, Indra Tri Mahayana, Reny Setyowati, and Suhardjo Pawiroranu. “Perbandingan komplikasi antara fakoemulsifikasi dan manual Small-Incision Cataract Surgery (mSICS) pada operasi katarak massal: Sebuah penelitian kohort retrospektif.” Journal of Community Empowerment for Health 2, no. 1: 97-101.
3 Setyowati, Reny, Indra Tri Mahayana, Tri Winarti, and Suhardjo Pawiroranu. “Angka kejadian miopia pada anak usia sekolah dasar di Kecamatan Banjararum Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.” Journal of Community Empowerment for Health 2, no. 1: 92-96.
4 Mahayana, Indra Tri, Reny Setyowati, Tri Winarti, and Suhardjo Prawiroranu. “Outcomes of manual small incision cataract surgery (mSICS) compared with phacoemulsification from population based outreach eye camp, in Yogyakarta and Southern Central Java Region, Indonesia.” Journal of Community Empowerment for Health 1, no. 1 (2018): 6-10.
COVID-19
1 Mahayana, Indra Tri, Natalia Christina Angsana, Alya Kamila, Nisrina Nur Fatiha, Devin Zen Sunjaya, Winanto Andajana, and Suhardjo Suhardjo. “Literature review of conjunctivitis, conjunctival swab and chloroquine effect in the eyes: A current updates on COVID-19 and ophthalmology.” Journal of the Medical Sciences (Berkala ilmu Kedokteran) 52, no. 3.
2 Mahayana, Indra Tri, Natalia Christina Angsana, Muhammad Zhafran Ayyasy, Anastasya Sondang Hutajulu, and Suhardjo Suhardjo. “Ocular involvment of coronavirus disease (covid-19): A systematic review of conjunctival swab results.” Journal of Community Empowerment for Health 3, no. 2.

 

 

 

  1. Paten dan Hak Kekayaan Intelektual

 

Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKKMK UGM berperan dalam penemuan dan perbaruan terkini ilmu dan teknologi dengan melakukan pencatatan paten dan hak kekayaan intelektual

 

Aplikasi software visus
1 Protokol Pemeriksaan Tajam Penglihatan Objektif Pada Anak Prasekolah (pre-school) Dengan Piranti Lunak Gabor Patch Dan Eye Tracker. Surat Pencatatan Kemkumham: EC00202004437 (2020)

 

  1. Pendidikan

 

Program Pendidikan Dokter Spesialis (I) Mata terakreditasi A LAMPTKES tahun 2017.

 

Prestasi
2020 10 Besar Ujian Nasional Kolegium Ilmu Kehatan Mata: 2 Residen
2019 10 Besar Paper Contest PIT PERDAMI: 1 Residen

10 Besar Poster Contest PIT PERDAMI: 1 Residen

2018 10 Besar Paper Contest PIT PERDAMI: 2 Residen
Kerjasama Internasional
Tilganga Institute of Ophthalmolgy
Kesempatan Observership
Tilganga Institute of Ophthalmolgy

 

 

  1. Program Pengabdian kepada Masyarakat

 

Sesuai dengan semboyan Universitas Gadjah Mada “Mikul Dhuwur, Mendem Jero”, selain muncul pada level internasional dan nasional, Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKKMK juga berperan dalam membantu masyarakat sekitar melalui beberapa program pengabdian masyarakat.

 

1 Operasi Katarak Masal
2 Skrining Anomali Refraksi  
3 Skrining Diabetik Retinopati
4 Skrining Anomali Refraksi anak prasekolah

Struktur Departemen

Ketua Departemen: dr. Muhammad Bayu Sasongko, M.Epi, Ph.D., Sp.M

Divisi/Staf

  1. Prof. dr Suhardjo, SU, SpM(K) – Segmen Anterior, Refraksi, Oftalmologi Komunitas
  2. Prof. dr. Wasisdi Gunawan, SpM(K) – Oftalmologi anak & Strabismus
  3. Dr. dr. Agus Supartoto, SpM(K) – Tumor, Rekonstruksi & Okuloplasti
  4. dr. Angela Nurini Agni,SpM(K),M.Kes – Vitreo Retina
  5. Dr. dr. Retno Ekantini, Sp.M(K)., M.Kes. – Glaukoma
  6. dr. Tri Wahyu Widayanti, SpM(K). M.Kes – Vitreo Retina
  7. dr. R. Haryo Yudono, SpM(K). MSc – Oftalmologi Anak & Strabismus
  8. dr. Tatang Talka Gani, SpM(K) – Glaukoma dan Neuro-Oftalmologi
  9. dr. Purjanto Tepo Utomo, SpM(K) – Tumor, Rekonstruksi & Okuloplasti
  10. dr. Supanji, SpM. M.Kes. PhD – Vitreo Retina
  11. dr. Sagung Gede Indrawati, SpM(K) – Refraksi, Lensa Kontak, dan Low Vision
  12. dr. Firman Setya Wardhana, Sp.M(K)., M.Kes. – Vitreo Retina
  13. dr. Muhammad Bayu Sasongko, M.Epid., Ph.D., Sp.M. – Vitreo Retina
  14. dr. Eva Revana, SpM., MSc – Oftalmologi Anak & Strabismus
  15. dr. Muhammad Eko Prayogo, M.Med.Ed., Sp.M. – Vitreo Retina
  16. dr. Tri Winarti, Sp.M. – Segmen Anterior, dan Imunologi
  17. dr. Agung Nugroho, SpM – Segmen Anterior dan Imunologi
  18. dr. Indra Tri Mahayana, Ph.D., Sp.M. – Neuro-Oftalmologi
  19. dr. Dhimas Hari Sakti, Sp.M. – Oftalmologi Anak & Strabismus
  20. dr. Banu Aji Dibyasakti, Sp.M. – Tumor, Rekonstruksi & Okuloplasti
  21. dr. Reni Setyowati, Sp.M. – Segmen Anterior dan Imunologi
  22. dr. Widyandana, MHPE., Ph.D., Sp.M. – Neuro-Oftalmologi
  23. dr. Krisna Dwi Purnomo Jati, Sp.M. – Glaukoma
  24. dr. Albaaza Nuady, Sp.M. – Oftalmologi Anak & Strabismus
  25. dr. Irene Titin Darajati, Sp.M. –  Tumor, Rekonstruksi & Okuloplasti
  26. dr. Datu Respatika, Ph.D. – Tumor, Rekonstruksi & Okuloplasti
  27. dr. Hartono, Sp.M(K). – Dosen Luar Biasa – Glaukoma dan Neuro-Oftalmologi
  28. dr. Edy Wibowo, Sp.M., MPH. – Dosen Luar Biasa – Segmen Anterior, Refraksi,Oftalmologi Komunitas

Kontak Departemen

Alamat :               Jl. Kesehatan No. 1, Gedung Rawat Jalan RSUP Dr. Sardito,

Lantai 5 – KSM Mata,  Sekip, Sinduadi, Yogyakarta, DIY 55284

Telepon  :            (0274) 552850

Email    :               ppdsmatafkugm@gmail.com

Website:              https://matagama.org/