Departemen Farmakologi dan Terapi FK-KMK UGM Gelar Webinar Bahas Efikasi dan Keamanan Produk Biosimilar

FK-KMK UGM. Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) bekerja sama dengan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) menyelenggarakan webinar bertajuk “Efikasi dan Keamanan Produk Biosimilar pada Era Patient Safety” pada Sabtu, 9 Agustus 2025. Kegiatan yang dilaksanakan secara daring ini menghadirkan para pakar di bidang pengembangan, regulasi, farmakovigilans, dan aplikasi klinis biosimilar dengan tujuan memperkuat pemahaman lintas sektor mengenai peluang serta tantangan produk biosimilar di Indonesia.

Produk biosimilar sendiri merupakan obat biologi yang sangat mirip dengan produk originator setelah masa patennya habis. Kehadiran produk ini menjadi peluang penting untuk meningkatkan akses pasien terhadap terapi yang efektif dengan biaya yang lebih terjangkau, terutama untuk penyakit kronis maupun yang mengancam jiwa seperti kanker dan gangguan autoimun. Namun, di balik potensi besar tersebut, biosimilar masih menghadapi tantangan berupa kompleksitas struktur protein, persyaratan regulasi yang ketat, risiko imunogenisitas, serta kebutuhan sistem farmakovigilans yang berkelanjutan.

Dalam pemaparan materi, Prof. Sri Suryawati menjelaskan kompleksitas proses pengembangan biosimilar yang harus mampu membuktikan kesetaraan mutu, fungsi, dan keamanan dengan obat rujukan. Sementara itu, Apt. Tri Asti dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) membahas regulasi di Indonesia yang kini semakin selaras dengan pedoman WHO, sekaligus menekankan pentingnya kolaborasi antara regulator, industri, dan akademisi guna memperkuat ketahanan nasional di sektor farmasi.

Prof. Jarir At Thobari turut menyoroti peran farmakovigilans pasca pemasaran dalam memantau keamanan dan imunogenisitas biosimilar. Beliau menegaskan perlunya sistem pelaporan yang kuat, mekanisme penelusuran produk, serta data jangka panjang untuk mendukung penggunaan obat secara aman. Dari perspektif klinis, dr. Pinzon berbagi pengalaman praktik penggunaan biosimilar pada pasien neurologi, khususnya multiple sclerosis, dengan menekankan isu keterbandingan, potensi efek nocebo, serta pentingnya komunikasi terbuka antara dokter dan pasien saat peralihan terapi.

Webinar ini menegaskan bahwa keberhasilan adopsi biosimilar membutuhkan upaya kolaboratif yang melibatkan regulator, industri, akademisi, tenaga kesehatan, hingga pembuat kebijakan. Sinergi ini diharapkan mampu memperkuat riset klinis, pengawasan keamanan obat, serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap biosimilar.

Kegiatan ini selaras dengan beberapa tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), yakni SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera melalui peningkatan akses obat yang aman dan efektif, SDG 4: Pendidikan Berkualitas dengan memberikan forum edukasi ilmiah bagi tenaga kesehatan dan peneliti, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui penguatan kolaborasi lintas sektor demi kemandirian farmasi dan keberlanjutan sistem kesehatan nasional. (Kontributor: Sudi Indra Jaya).