Departemen Farmakologi dan Terapi FK-KMK UGM Dukung Peningkatan Kapasitas Farmakovigilans Melalui Kolaborasi dengan Prodia Group

FK-KMK UGM. Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kegiatan penguatan kapasitas farmakovigilans melalui partisipasi dosennya dalam forum pelatihan tingkat nasional. Pada 14 Juli 2025, salah satu staf dosen, Prof. dr. Jarir At Thobari, D.Pharm., Ph.D., diundang sebagai pembicara dalam Pelatihan Farmakovigilans yang digelar oleh Prodia Group. Acara berlangsung secara luring di Grha Prodia Utama, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, dengan dihadiri peserta dari PT Prodia Diacro Laboratories dan PT Prodia Stemcell Indonesia.

Pelatihan ini dirancang untuk memperkuat pemahaman regulasi sekaligus praktik farmakovigilans yang sangat penting bagi tenaga kesehatan. Kegiatan ini menekankan pada peningkatan keterampilan peserta dalam melakukan pengawasan obat, khususnya dalam mencegah keterlambatan serta ketidaktepatan pelaporan efek samping obat. Hal tersebut diharapkan dapat mendukung keselamatan pasien sekaligus meningkatkan keandalan sistem kesehatan di Indonesia.

Dalam paparannya, Prof. Jarir membawakan dua materi utama yang relevan dengan isu terkini di bidang farmakovigilans. Materi pertama membahas Prinsip-Prinsip Farmakovigilans di Indonesia, yang menekankan pentingnya kepatuhan terhadap regulasi nasional serta integrasi sistem pelaporan dengan standar internasional. Sementara itu, materi kedua berfokus pada Analisis Kausalitas dan Studi Kasus, di mana peserta diajak untuk menganalisis berbagai contoh nyata terkait reaksi obat dan menilai hubungan sebab-akibat secara sistematis. Diskusi interaktif pada sesi ini memberikan pemahaman aplikatif yang mendukung kesiapan peserta dalam praktik sehari-hari.

Kegiatan ini juga mencerminkan peran strategis universitas dalam membangun sinergi dengan industri kesehatan nasional. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa peran akademisi tidak hanya terbatas pada ruang kelas, melainkan juga aktif dalam memperkuat kualitas layanan kesehatan melalui pendampingan langsung di lapangan.

Pada akhirnya, kegiatan pelatihan ini berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, diwujudkan melalui peningkatan mutu pengawasan obat demi keselamatan pasien. SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, tercermin dari penguatan sistem pelaporan farmakovigilans yang inovatif di industri kesehatan. SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, terealisasi melalui kolaborasi erat antara akademisi dan industri kesehatan dalam meningkatkan kapasitas nasional di bidang farmakovigilans. (Kontributor: Jarir At Thobari)