FK-UGM. Mohamad Reynaldi dan Resa Paksi Mandariska, Mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM angkatan 2015 mengajukan ide pemanfaatan daun pegagan sebagai upaya pencegah penyakit pikun usia lanjut. Ide ini kemudian dituangkan dalam poster dan disajikan dalam ajang Temu Ilmiah Nasional 2016 yang digelar di Universitas Islam Malang pada tanggal 28-31 Juli 2016. Melalui poster berjudul “Lansia Produktif: Cegah Pikun dengan Herbal Dalam Negeri”, kedua mahasiswa tersebut berhasil meraih juara pertama di ajang kompetisi nasional pekan lalu.
“Ide awal dimulai dari studi literatur penyakit-penyakit yang bisa disembuhkan dengan obat herbal seperti diare, Demam Berdarah, batuk maupun penyakit lainnya. Pemanfaatan pegagan memang sesuatu yang baru dan masih jarang dilakukan di Indonesia”, ungkap Reyn, Selasa (9/8) saat ditemui di Fakultas Kedokteran UGM.
Hal serupa juga disampaikan oleh Paksi. Dalam keterangannya, Paksi memaparkan bahwa di negara lain seperti India maupun Cina sudah memanfaatkan daun ini, tetapi belum untuk Indonesia. “Potensi Indonesia sejatinya sangat besar. Daun pegagan bisa dicari di sawah maupun ladang, apalagi tanaman itu paling cocok dan bisa dimanfaatkan di seluruh Indonesia. Sayangnya masyarakat belum mengetahui manfaatnya, papar Paksi.
Kedua mahasiswa yang sejak kecil sudah bercita-cita ingin menjadi dokter ini juga memaparkan bahwa tanaman pegagan bisa dikembangbiakkan. Pegagan hijau atau Centella asiatica mengandung senyawa Asiatic acid sebagai zat untuk meregenerasi saraf rusak. Selain itu, pegagan mempunyai bentuk seperti tanaman strawberi dan menjalar. “Hati-hati untuk membedakan pegagan dengan daun semak yang lain, meskipun bentuk daunnya sama akan tetapi daun pegagan mempunyai ciri berbulu,” tegas kedua calon dokter ini.
Cara pengolahan daun pegagan cukup sederhana. Setelah melalui proses pengeringan, misal dijemur atau dioven, kemudian 1-2 sendok teh daun pegagan kering diseduh dengan air panas selama 10-15 menit. Konsumsi daun pegagan bisa dilakukan sebanyak 3 kali sehari dan diperuntukkan bagi usia lebih dari 18 tahun.
Tanaman pegagan dipilih sebagai obat pencegah pikun dikarenakan di dalamnya mengandung senyawa asiatic acid. Senyawa yang terdapat pada tanaman yang keberadaannya cukup melimpah di Indonesia ini bisa digunakan untuk meregenerasi saraf rusak yang digunakan dalam proses belajar dan memori.
Melalui media poster, kedua mahasiswa berprestasi ini berharap bisa membuka wawasan baru masyarakat terhadap pemanfaatan daun pegagan untuk mencegah kepikunan. (Wiwin/IRO).