CFHC: Upaya Pengembangan Soft Skills Mahasiswa

Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM) memiliki tiga program studi tingkat sarjana yaitu Pendidikan Dokter, Ilmu Keperawatan, dan Gizi Kesehatan. Kerjasama ketiga prodi tersebut merupakan hal mutlak untuk dilaksanakan sebagai wujud interprofessional collaboration yang pada akhirnya menghasilkan profesional kedokteran dan kesehatan yang berkompeten. Pada saat mahasiswa lulus, mereka akan bekerja sama dengan profesi lain dalam satu tim, dan sebagai anggota tim mereka harus terlebih dahulu memahami peran, tugas dan kewajiban profesi lain agar pelaksanaan tugas dapat berfungsi secara efektif.

Kegiatan Community and Family Health Care – Inter Professional Education (CFHC-IPE) merupakan kegiatan longitudinal selama masa pembelajaran di tingkat sarjana. Kegiatan CFHC-IPE merupakan upaya FKKMK UGM untuk membangun dan mengembangkan kompetensi terkait etik, komunikasi, kerjasama tim, serta peran dan tanggungjawab dalam tim. Untuk mencapai hal tersebut, kegiatan CFHC melekat dalam kurikulum ketiga prodi yang dimulai sejak tahun pertama setiap angkatan. Rabu (31/1), mahasiswa angkatan 2017 berkesempatan mengikuti rangkaian kegiatan CFHC-IPE yakni diskusi panel dan dinamika kelompok. Diskusi panel yang digelar dalam format sarasehan bertujuan untuk mengenalkan kegiatan dalam masyarakat terkait kesehatan, mengenal upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat (UKP dan UKM), serta komunikasi peka budaya. Diskusi panel dilaksanakan di Auditorium Kresna RS UGM dengan narasumber sesi pertama adalah dr. Dini Threes Harjanti selaku Kepala Puskesmas Kalasan dan Eko Suhargono,SIP selaku Kepala Camat Prambanan, dengan moderator dr. Rosalia HK, MPH. Pada kesempatan tersebut, kepala puskesmas Kalasan menjelaskan tentang UKM yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari UKP. Layanan puskesmas terdiri dari UKP dan UKM, yang keduanya saling mendukung. Sementara itu, Camat Prambanan menjelaskan tentang struktur pemerintahan di level kecamatan dan berbagai lembaga di level kecamatan yang dapat bersinergi dalam pelaksanaan program kesehatan.

Pembicara pada sesi kedua adalah Prof. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D dari Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial FKKMK UGM dan Dr. Atik Tri Ratnawati, MA dari Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Budaya UGM, Ibu Yamtini kepala dukuh Mejing Lor, dan Ibu Painem selaku perwakilan keluarga mitra dengan moderator Dr. Supriyati, S.Sos., M.Kes. Pada kesempatan tersebut, Prof Yayi Suryo Prabandari menjelaskan tentang cara berkomunikasi yang sesuai dengan sasaran. “Dalam komunikasi, kita perlu memperhatikan verbal dan non verbal, termasuk pemilihan kata. Ketika berkomunikasi dengan masyarakat, maka sebaiknya kita memilih kata sederhana yang mudah dipahami sehingga pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik (oleh masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan),” tegas Prof Yayi. Sementara itu, Dr Atik menjelaskan berbagai budaya masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan. Keberagaman budaya masyarakat yang seringkali berkaitan dengan perilaku kesehatan masyarakat, mendorong pentingnya petugas kesehatan (termasuk mahasiswa kesehatan) untuk memahami berbagai budaya masyarakat terkait dengan pola perilaku kesehatan mereka. “Sebisa mungkin, kita berupaya memahami bahasa-bahasa lokal atau istilah lokal yang berkaitan dengan kesehatan, sehingga kita bisa “nyambung” dalam berkomunikasi,” ujar Dr. Atik Nyambung dalam arti kita dapat memahami alasan mengapa masyarakat tidak melakukan anjuran kesehatan, dan sebagainya sehingga kita dapat memberikan saran yang pas dan dapat diterima oleh masyarakat. Demikian dipaparkan oleh Dr. Atik yang menggarisbawahi pentingnya kita memahami budaya lokal masyarakat sasaran, sehingga kehadiran kita dan kegiatan kita dapat diterima oleh masyarakat sasaran.

Memahami budaya lokal, bukan berarti setiap mahasiswa FKKMK dituntut untuk menjadi seorang antropolog kesehatan. Namun, kita perlu mengenal budaya-budaya yang berkaitan dengan kesehatan, agar komunikasi yang kita lakukan dengan masyarakat tidak terhalang oleh perbedaan persepsi. Ketika terjun ke masyarakat jangan menggunakan jargon yang tidak dipahami oleh masyarakat, namun usahakan menyesuaikan dengan terminologi yang mudah dipahami oleh masyarakat sasaran. Dengan demikian, komunikasi mahasiswa dengan masyarakat dapat efektif. Kepala Dukuh Yamtini memaparkan beberapa kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan dan juga beberapa forum masyarakat yang dapat digunakan mahasiswa untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Perwakilan keluarga mitra, Ibu Painem menyampaikan bahwa kunjungan mahasiswa dalam kegiatan CFHC tahun lalu sangat bermanfaat.

Pada hari berikutnya, mahasiswa mengikuti kegiatan dinamika kelompok yang dilakukan dengan outdoor activities. Dinamika kelompok yang diset dalam kegiatan outbound dilakukan secara serial selama 2 hari bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pentingnya kerjasama kelompok, komunikasi, pemahaman peran, dan team building. Harapannya tentu mahasiswa yang berasal dari 3 program studi tersebut mampu melebur menjadi satu tim yang kohesif dan mampu bekerjasama sesuai dengan peran masing-masing.  Kegiatan yang dilakukan dalam bentuk permainan ini telah membuka pola pikir mahasiswa tentang pentingnya komunikasi dan kerjasama serta pentingnya menghargai profesi lain karena mereka saling membutuhkan dan saling melengkapi. Hal tersebut disampaikan langsung mahasiswa pada penutupan kegiatan dalam sesi testimoni. Mahasiswa juga mengatakan bahwa kegiatan yang mereka ikuti selama 2 hari telah menambah pemahaman mereka tentang kegiatan CFHC-IPE FKKMK UGM. Dinamika kelompok pada hari pertama ditutup oleh Dr. Supriyati, S.Sos., M.Kes, sedangkan pada hari kedua ditutup oleh Sri Mulyani, S.Kep., Ns., M.Ng, yang merupakan tim dosen tahun I CFHC-IPE FKKMK UGM. [sumber: Dr. Supriyati]