FK UGM – Pengembangan instrumen caring Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan hal baru dalam asuhan keperawatan gawat darurat. Caring merupakan pengetahuan kemanusiaan dan inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filsafat. Perilaku caring mampu memberikan asuhan keperawatan yang holistik sesuai kebutuhan pasien.
Salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM, Jebul Suroso, S.Kp., M.Kep berhasil mendapatkan gelar Doktor usai mengembangkan instrumen caring untuk pelayanan keperawatan gawat darurat Rumah Sakit, dengan promotor Prof. dr. Sri Suparyati Soenarto, Sp.A(K), Jumat (22/7) di ruang rapat Senat gedung KPTU lantai 2 Fakultas Kedokteran UGM.
Peraih gelar Doktor ke-248 Fakultas Kedokteran UGM ini berhasil merumuskan tiga dimensi penting dalam caring pelayanan keperawatan gawat darurat yang lebih komprehensif, meliputi dimensi perilaku, lingkungan dan administrasi. Ketiga dimensi ini kemudian dipaparkan dalam sepuluh indikator yakni cepat tanggap dalam pelayanan, jelas dalam pemberian informasi, ramah, sopan, adil, perhatian, mendoakan dan memotivasi pasien, kompeten dalam tindakan, ruangan bersih, nyaman, fasilitas dan peralatan lengkap, keamanan ruang, kejelasan dan kemudahan administrasi, serta waktu tunggu pelayanan dan pindah ruang.
Sesuai dengan amanah Undang-undang Nomor 44 tahun 2009, kepuasan pelanggan melalui pelayanan yang berkualitas dan terjangkau wajib menjadi perhatian utama Rumah Sakit. Kecerdasan pelanggan dan banyaknya institusi pelayanan kesehatan yang belum siap menerapkan budaya mutu pelayanan menjadi kesulitan tersendiri dalam mewujudkan kepuasan pelanggan. Oleh karenanya, proses evaluasi dan perbaikan mutu pelayanan menjadi mendesak untuk dirumuskan.
Selama ini instrumen caring yang digunakan dalam berbagai penelitian masih terbatas pada upaya untuk mengukur sikap/perilaku caring perawat dan belum spesifik melihat setiap aspek yang disesuaikan dengan keunikan tiap bangsal Rumah Sakit, terutama aspek administratif. Penggunaan instrumen yang tidak spesifik tentu akan menimbulkan hasil pengukuran yang tidak tepat.
Esensi keperawatan senantiasa berdasar pada nilai-nilai kebaikan, perhatian, kasih terhadap diri sendiri dan orang lain serta menghormati dimensi spiritual seseorang. “Perilaku caring perawat akan menolong pasien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial,” terang Suroso.
Instrumen caring perlu disusun spesifik dengan memperhatikan kondisi setiap bangsal perawatan yang akan diukur. Keunikan dari tiap ruang rawat dan karakteristik budaya manusia menjadi tantangan tersendiri bagi penelitian di bidang kesehatan dan keperawatan untuk menyatukan konsep teori dalam pemberian pelayanan keperawatan.
IGD, merupakan salah satu unit terdepan dan pintu masuk pasien ke Rumah Sakit. “Tentu saja IGD memiliki keunikan pelayanan tersendiri dan perlu disusun instrumen caring keperawatan IGD sesuai dengan kekhasan serta kebutuhan pasiennya,” ungkapnya.
Suroso mengharapkan bahwa penelitian yang dilaksanakan di tiga RSUD wilayah Banyumas ini mampu menjadi dasar ilmiah dalam pembentukan karakter caring pelayanan keperawatan IGD sesuai kebutuhan pasien, mampu menjadi acuan dalam penyusunan kurikulum pendidikan keperawatan, dan yang terakhir mampu menjadi alat evaluasi kinerja pelayanan keperawatan IGD Rumah Sakit di masa yang akan datang. (Wiwin/IRO).
Sumber: Jebul Suroso, Ringkasan Disertasi: Pengembangan Instrumen Caring Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Rumah Sakit, Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta, 2016, Hal.5-36.