Bioethics Forum Chapter 20

FK-KMK UGM. Kegiatan-kegiatan UGM saat ini bertumpu pada prinsip Knowledge Management, untuk mengembangkan diseminasi/penyebaran ilmu melalui video conference atau webinar. Dalam konteks Knowledge Management terdapat sebuah cara agar ilmu/pengetahuan bisa diakses oleh banyak pihak secara mudah. Knowledge Management dapat berjalan dengan bekerjasama bersama berbagai pihak termasuk Indonesia Bioethics Forum. Oleh karenanya UGM sangat mendukung kegiatan Indonesia Bioethics Forum yang kembali menyelenggarakan Virtual Focus Group Discussion Indonesia Bioethics Forum Chapter 20 dengan mengusung tema “Research Ethics” pada Rabu (15/07) lalu melalui platform Zoom. Hal itulah yang dijelaskan Prof. Dr. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., penasehat dan tim pengarah Indonesia Bioethics Forum.

Diskusi yang dimoderatori oleh Dr. Peter Johannes Manoppo, Sp.B.,MBIO., koordinator Indonesia Bioethics Forum ini menghadirkan narasumber, Prof. Dr. dr. Djohansjah Marzoeki, Sp. BP dengan topik “Controversial Research”, Prof. Dr. dr. Herkutanto, SH., dengan topik “Ethics and Fair Benefit Sharing”. Juga menghadirkan narasumber dr. Triono Soendoro, M.Sc., Ph.D., dengan topik “Responsible Conduct of Research and Research Ethics”.

Dalam pemaparannya, Prof. Herkutanto mendiskusikan etika dan nilai-nilai keadilan dalam menggerakkan suatu penelitian. Bioetika dan komite etika penelitian mencakup otonomi, beneficence, justice, dan non-maleficence. Apabila kontrak penelitian berlangsung tidak adil, maka akan terjadi eksploitasi. Maka harus dicegah oleh komite etik. Praktik-praktik  penelitian dan kerjasama internasional harus menerapkan asas fair benefit sharing asal tidak melanggar kaidah-kaidah etika.

Tantangan yang muncul dalam konteks etika penelitian diantara, peneliti menganggap hasil akhir dari penelitian hanyalah publikasi semata, dimana data mentah hasil penelitian dimiliki oleh counterpart. Juga monetary /non-monetary benefit diabaikan. Akibat mengabaikan kontrak, data hasil penelitian dikuasai oleh counterpart dimana penguasa mengeksploitasi menjadi big data dan memanfaatkan dengan cara menyewakan, menerbitkan publikasi-publikasi berikutnya.

Strategi kolaborasi penelitian dalam era new normal yang pertama, benefit sharing, yaitu bukan hanya mempertahankan specimen/data tetapi juga benefit-sharing yang adil dan setara. Kedua, kepemilikan specimen ada pada peneliti, dan bukan hanya specimen tetapi juga data. Ketiga, akhir penelitian bukan hanya publikasi, tetapi data hasil penelitian. Langkah ke depannya diharapkan peneliti dapat menjadi pemilik pangkalan data yang akan menghasilkan penelitian-penelitian.

Paradigma penelitian kedokteran memerlukan pergeseran untuk tetap bertahan dalam era new normal. Penelitian tanpa fair benefit sharing melanggar etika. Selain itu negoisasi dan kontrak merupakan kunci keberhasilan kolaborasi”, pungkas Prof. Herkutanto. (Vania Elysia/Reporter)

Berita Terbaru