Berbagi Ilmu Pentingnya Sport Science

FK-KMK UGM. Dalam rangka ikut berkontribusi dalam pencapaian SDGs poin ke-4, Quality Education. Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada menjadi narasumber dalam acara festival tahunan Fete de La Science yang mengusung tema ‘Sport & Science’ dan diselenggarakan oleh Institut Français Yogyakarta, pada tanggal 22 November 2023.  Fete de La Science merupakan acara budaya ilmiah tahunan Perancis yang berlangsung selama sepuluh hari pada bulan Oktober di Prancis dan pada bulan November untuk negara di luar Prancis dan Internasional. Sedangkan Institut Français Indonésie sendiri adalah lembaga publik Prancis yang berafiliasi dengan Kementerian Luar Negeri Perancis dengan misi utama mempromosikan budaya dan bahasa Prancis ke luar negeri.

Pada pertemuan tersebut, Dr. dr. Denny Agustiningsih, M.Kes., AIFM, AIFO-K selaku peneliti senior dibidang fisiologi olahraga dan kardiovaskular FK-KMK UGM memaparkan mengenai peranan berbagai faktor intrinsik dan ekstrinsik yang dapat menentukan kinerja seorang Atlet. Dimulai dari ketepatan nutrisi, fungsi mikrobim usus, hingga faktor genetik, yang secara kolektif mampu mempengaruhi kapasitas training hingga performa seorang Atlet di lapangan. Ia mengatakan bahwa strategi training yang optimal akan dicapai apabila perencanaan yang tepat telah dipersonalisasi. Artinya, pola training setiap Atlet masing-masing perlu dirancang dan disesuaikan sesuai kebutuhan.

Dalam sesi berikutnya, ahli kardiologi sekaligus Profesor fisiologi yang juga menjabat sebagai Direktur Institut Penelitian Biomedis dan Epidemiologi Olahraga Prancis, Jean-François Toussaint, mengemukakan berbagai bukti ilmiah terkini terkait pengembangan olahraga. Ia mencontohkan, berdasarkan studi ilmiah diketahui bahwa olahraga meningkatkan harapan hidup seseorang hingga 4 tahun lebih lama. Akan tetapi studi terkini menunjukkan, di berbagai cabang olah raga, selama 20 tahun terakhir tidak ada rekor baru yang mampu dipecahkan oleh Atlet masa kini hingga melebihi rekor lama yang pernah ada. Sehingga tampaknya ada “ambang batas maksimum” pencapaian akselerasi kekuatan serta akselerasi kemampuan Atletik yang dapat dicapai dalam dunia perolahragaan. Meskipun perkembangan teknologi terus meningkat.

Pada pemaparan akhir sesi, Dr.rer.nat. apt. Arko Jatmiko Wicaksono, M.Sc. menggambarkan, bahwa guna mengakselerasi performa saat bertanding makronutrien dan mikronutrien memainkan peran penting bagi para Atlet. Peneliti sekaligus pengurus Divisi Sport Science KONI DIY (Komite Olahraga Nasional Indonesia Prov. Yogyakarta) yang juga merupakan dosen aktif Dept. Farmakologi dan Terapi FK-KMK UGM ini mengungkapkan “meski pengaturan pola nutrisi dibutuhkan, akan tetapi pengetahuan terkait doping juga sangat krusial bagi seorang Atlet”, ujarnya. Alasannya, banyak suplemen yang dapat dengan mudah diperoleh, yang ditujukan bagi olahragawan, ternyata masuk dalam kategori doping yang penggunaannya bagi Atlet dilarang oleh WADA (World Antidoping Agency). “Ironisnya, tidak semua Atlet mengetahui bahwa suplemen yang dibeli atau bahkan dikonsumsi ternyata mengandung senyawa doping”, kata Arko. Konsumsi doping, baik sengaja maupun tidak disengaja, sangat beresiko menyebabkan Atlet terkena diskualifikasi ketika mengikuti pertandingan. “Bahkan sangat mungkin, medali emas yang diraih sekalipun dapat dicabut pasca turnamen apabila ia terbukti mengkonsumsi doping”, imbuhnya.

Sebagai contoh senyawa pseudoefedrin. Kebanyakan obat flu yang beredar di Indonesia mengandung pseudoefedrin karena senyawa ini secara klinis memang mampu melegakan hidung tersumbat (sebagai dekongestan). Meskipun obat ini aman untuk diminum, namun bagi Atlet, pseudoefedrin masuk kategori doping karena memiliki kemampuan sebagai stimulansia. Sehingga ada aturan khusus terkait Atlet yang mengatur secara ketat penggunaannya. Di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 300 produk obat teregistrasi BPOM yang mengandung pseudoefedrin. Adapun, setiap tahunnya WADA merilis ratusan senyawa doping yang dilarang dikonsumsi oleh Atlet dan bukan hanya pseudoefedrin saja.

Sebagai solusi, KONI DIY dibantu beberapa mahasiswa Kedokteran UGM secara aktif melakukan studi sekaligus menginisiasi pembuatan database suplemen/obat mengandung senyawa doping yang beredar dan dipasarkan di Indonesia. “Nantinya, setiap orang dapat dengan mudah dan cepat mengetahui sediaan obat atau suplemen yang hendak dikonsumsi, mengandung doping atau tidak”, kata Arko. Projek yang pertama kali ia cetuskan ini mendapat dukungan penuh ketua Divisi Sport Science KONI DIY, Prof. Dr. dr. BM. Wara Kushartanti, M.S. Diharapkan aplikasi skrining obat dan suplemen doping semacam ini mampu membantu meminimalisir kasus penggunaan doping pada Pekan Olahraga Nasional (PON 2024) tahun depan, maupun pada berbagai turnamen kejuaraan nasional dan internasional yang lainnya. (Kontributor: Dr.rer.nat. apt. Arko Jatmiko Wicaksono, M.Sc. Editor: Tiara Kurniasari)

 

Berita Terbaru