Bedah Buku Sejarah FK UGM

FK-UGM. Perkembangan pendidikan kedokteran di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangan awal pendidikan tinggi kedokteran yang dibangun pemerintah kolonial Belanda pada pertengahan abad ke-19. Fakultas Kedokteran UGM dalam sejarahnya tidak lepas dari sebuah perjalanan panjang perkembangan peradaban bangsa Indonesia. Fakultas Kedokteran UGM memulai perannya sejak perjuangan kemerdekaan hingga didirikannya gedung Fakultas Kedokteran pada tahun 1982 untuk mendukung kelancaran pendidikan kedokteran. Sejarah Republik Indonesia telah mencatat bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada merupakan embrio lahirnya Universitas Gadjah Mada serta merupakan salah satu Fakultas Kedokteran tertua di Indonesia dengan disiplin ilmu yang paling lengkap.

Sebagai institusi pendidikan kedokteran tertua di Indonesia, secara khusus Fakultas Kedokteran UGM berusaha untuk mengumpulkan dan menyusun kembali informasi, data, maupun fakta dari berbagai sumber primer maupun sekunder untuk menuliskan buku sejarah Fakultas Kedokteran UGM. Buku sejarah tersebut merupakan catatan penting dan menarik atas potret besar proses perkembangan pendidikan kedokteran Indonesia, sekaligus mampu menjadi dokumen narasi sejarah perjalanan panjang pembentukan embrio pendidikan kedokteran mulai dari School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), sebuah lembaga pendidikan dokter Jawa di Batavia yang kemudian menjadi Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) sampai dengan proses pendirian Fakultas Kedokteran UGM.

“Untuk melangkah ke depan, kita harus memiliki akar yang kuat. Syaratnya kita harus tahu asal muasal kita berdiri. UGM merupakan buah perjuangan yang luar biasa, belum semua orang memahami tentang itu. Melalui buku ini, kita sekaligus mengapresiasi profesi mulia dokter yang berjuang untuk menegakkan pendidikan di negara ini,” ungkap Dekan Fakultas Kedokteran UGM sekaligus inisiator dan penulis utama buku sejarah, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., PhD., Rabu (1/11) di ruang theater gedung perpustakaan, saat dikonfirmasi mengenai motivasi awal penyusunan buku sejarah.

Mengenal sejarah pendidikan kedokteran tentu tidak hanya membaca perjalanan masa lalu. Dalam hal ini, perjalanan sejarah pendidikan kedokteran Indonesia juga tidak terlepas dari perjalanan tantangan kesehatan masyarakat masa depan. Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan besar yakni masalah kesehatan triple burden, karena masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi muncul kembali.

Masyarakat mempunyai kerentanan risiko kesehatan yang berbeda-beda. Kemampuan mereka untuk beradaptasi terhadap lingkungan dan perubahan iklim akan menentukan kondisi kesehatan mereka. Kerentanan tersebut bisa bergantung pada faktor kepadatan penduduk, tingkat ekonomi, ketersediaan pangan, kondisi lingkungan lokal, genetik, serta kualitas dan ketersediaan fasilitas kesehatan publik, maupun faktor kebijakan negara (health system). Baik dilihat dari sisi antisipasi wabah, kesiapsiagaan penanggulangan hingga upaya penanganan penderita. Kesehatan bukan hanya permasalahan dokter, akan tetapi menjadi upaya bersama untuk mewujudkannya.

Beberapa permasalahan tersebut mengemuka dalam talkshow kesehatan dan diskusi bedah buku Sejarah Fakultas Kedokteran UGM bertajuk “Sejarah, Sebuah Ingatan Masa Lalu dan Tantangan Masa Depan”. Acara yang diikuti oleh kurang lebih seratus peserta dari kalangan mahasiswa, praktisi kesehatan, maupun masyarakat awam ini menghadirkan narasumber Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG(K)., PhD (Inisiator dan Penulis Utama Buku); Prof. Dr. dr. H. Soenarto Sastrowijoto, Sp.THT-KL(K) (Pelaku Sejarah); Baha’uddin, M.Hum (Sejarawan FIB UGM); dan dr. Yodi Mahendradhata, MSc., PhD (Dokter Peneliti & Praktisi Kesehatan Masyarakat) dengan moderator Dr. dr. Andreasta Meliala, DPH., M.Kes., MAS.

“Kegiatan kali ini merupakan suatu kesempatan yang baik sekali untuk memperkenalkan dan me-launching suatu buku yang disusun dalam waktu yang sangat panjang dengan melibatkan seroarang ahli sejarah. Harapannya buku sejarah ini menjadi lebih lengkap dan komprehensif,“ ujar Prof. Ova. (Wiwin/Reporter; Foto/Dian)

Berita Terbaru