FK-KMK UGM. Thalasemia adalah kelainan darah yang disebabkan oleh kurangnya hemoglobin (Hb) yang pada sel darah merah. Menurut dr. Yasjudan, thalasemia merupakan penyakit yang faktor resikonya adalah genetik atau keturunan.
Fakta ini disampaikan oleh dr. Yasjudan Rastrama Putra, Sp.PD dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM dalam Bincang Sehat RAISA (Radio Indonesia Sehat) pada Selasa (14/2) dengan topik “Thalasemia: Apa bahayanya?”
Ciri-ciri yang paling jelas dari penyakit thalasemia adalah anemia (kekurangan sel darah merah), sel darah merah berukuran kecil jika dilihat melalui mikroskop, serta memiliki warna yang tidak terlalu merah.
Menurut dr. Yasjudan, thalasemia dibagi menjadi 3 jenis, yaitu mayor, intermedia, dan minor. “Thalasemia mayor membutuhkan transfusi darah secara berkala, thalasemia intermedia membutuhkan transfusi darah 3/4/6 bulan sekali, sedang thalasemia minor memiliki Hb rendah tapi belum sampai butuh transfusi,” tambahnya.
Thalasemia merupakan salah satu penyebab anemia. Namun, tidak semua anemia adalah gejala thalasemia. Butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan hal ini. Berdasarkan penjelasan dr. Yasjudan, thalasemia belum bisa disembuhkan secara total. Jadi, pengobatan yang bisa dilakukan dokter adalah memberikan support sesuai dengan kondisi pasien.
Pada dasarnya, gejala yang dirasakan oleh pasien thalasemia mirip dengan anemia, yaitu 5L (lemah, letih, lesu, lelah, dan lalai). Pada pasien anak-anak, jika thalasemia terlambat mendapatkan penanganan, tulang wajah akan terlihat menonjol. Selain itu, perut akan terasa mrongkol di sisi kiri karena pembesaran limpa.
Pencegahan yang bisa dilakukan adalah menghindari pernikahan dengan kerabat dekat. Meskipun masih ada kemungkinan anak tidak mewarisi penyakit tersebut, faktor resiko selalu ada. (Nirwana/Reporter)