Baby Blues Syndrome

FK-KMK UGM. Pasca melahirkan merupakan kondisi yang membahagiakan bagi Ibu, melihat bayi yang sejak lama ditunggu akhirnya lahir di dunia. Namun demikian, beberapa Ibu mengalami perasaan cemas, sedih, maupun perasaan khawatir berkepanjangan yang mengarah pada gejala baby blues. “Mengenal Baby Blues Syndrome pada Ibu Setelah Melahirkan” menjadi topik yang diangkat oleh RAISA Radio bersama Dr. dr. Budi Pratiti, Sp.KJ dari Departemen Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Selasa (19/7) secara daring.

Cemas terdiri dari cemas fisiologis dan cemas patologis. Cemas fisiologis adalah rasa cemas yang wajar dan tidak mengganggu, sedangkan cemas patologis adalah rasa cemas yang mengganggu. “Inilah yang harus kita waspadai,” ujar Dokter Titi, sapaan beliau.

Dokter Titi juga menyampaikan baby blues syndrome atau dalam istilah psikiatri adalah postpartum depression terjadi pada ibu-ibu yang memiliki latar belakang kesehatan mental atau rentan kesehatan mental. Penyebab lainnya seperti rasa sakit, sedih, cemas, kurang tidur, merawat bayi, bingung saat bayi menangis karena tidak kunjung diam, perasaan-perasaan ini berpengaruh pada hormone kehamilan dan saat melahirkan. Bahkan stressor psikososial sangat berdampak pada kesehatan psikis ibu baru.

“Status kapasitas mental setiap orang berbeda-beda, ada yang sangat bahagia dan ada juga yang sedih serta cemas dengan kelahiran bayinya,” urai dokter Titi.

Menurut Dokter Titi, gejala baby blues syndrome biasanya akan tampak pada satu sampai dua minggu setelah melahirkan dan bisa berlangsung selama satu hingga dua bulan. Jika segera ditangani dengan dukungan dari suami dan keluarga maka kondisi psikis ibu akan segera membaik. Jika masih ada gejala sedih, lelah, bahkan hilang minat lebih dari dua minggu maka harus segera ditangani oleh profesional. Support system bagi ibu hamil dan melahirkan sangat penting, bagaimana suami dan lingkungan memahami dan mengidentifikasi kebutuhan ibu, baik fisik maupun psikis.

Baby blues syndrome yang berkelanjutan berdampak pada produksi asi, pengasuhan bayi serta kesehatan Ibu. Edukasi dan literasi sangat diperlukan dalam mempersiapkan kehamilan bagi calon Ibu, suami, bahkan lingkungan. (Dian/IRO)