Atasi DBD, Warga Kota Jogja Mulai Mengasuh Wolbachia

_MG_1138

FK-UGM. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman bagi kota Jogja. Jumlah penderita DBD pada periode Januari-Desember 2015 mencapai 943 orang. Sementara itu, pada pertengahan tahun 2016, Dinas Kesehatan Kota Jogja mencatat kejadian DBD sudah mencapai 623 orang. Untuk mengatasi DBD, warga kota Jogja mulai bulan Agustus 2016 hingga pertengahan 2017 akan mengasuh 6.000-an ember berisi telur nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia.

“Harapannya dalam kurun waktu tertentu, nyamuk ber-Wolbachia akan kawin dengan nyamuk setempat dan menghasilkan keturunan ber-Wolbachia dan menghambat penularan DBD ke manusia,” papar peneliti utama EDP-Yogya yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama Fakultas Kedokteran UGM, Prof. dr. Adi Utarini, MPH., MSc., PhD., saat acara peletakan perdana telur nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia, Rabu (31/8) di Museum Sasana Wiratama Diponegoro, Tegalrejo Yogyakarta.

Acara peletakan telur perdana Wolbachia di kota Jogja juga dihadiri oleh Dirjen Riset dan Pengembangan (Risbang) Kemenristekdikti, Dr. Muhammad Dimyati, Wakil Gubernur DIY, Pakualam X, Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, dr. Vita Yulia dan Yayasan Tahija, Dr. Sjakon Tahija serta masyarakat Kota Jogja.

Dirjen Risbang Kemeristekdikti, Muhammad Dimyati pada beberapa kesempatan menyatakan bahwa pemerintah sangat mendukung inisatif filantropis seperti Yayasan Tahija melalui penelitian EDP-Yogya mengingat alokasi dana pemerintah untuk penelitian belum memadai dan memerlukan kerjasama banyak pihak. “Semakin besar dana yang dialokasikan pemerintah terhadap penelitian, maka sebuah negara akan makin berkembang,” tandasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh dr. Sjakon Tahija selaku penyandang dana penelitian. “Yayasan Tahija berkomitmen penuh untuk menyelesaikan penelitian ini sebagai bagian dari perjalanan filantropi keluarga dan mengapresiasi para pemangku kepentingan sehingga penelitian bisa berjalan sejauh ini”, papar Ketua Dewan Pembina Yayasan Tahija ini.

Wolbachia, sebagai salah satu model pengendalian DBD yang telah direkomendasikan oleh badan kesehatan dunia-WHO sejak Maret 2016, diharapkan mampu menjadi alternatif metode untuk mengurangi beban DBD yang menjadi ancaman serius di Indonesia, khususnya bagi masyarakat Yogyakarta. (Bekti/EDP; Wiwin/IRO)