Annual Scientific Meeting

Jumat (6/3), Annual Scientific Meeting (ASM) 2015 dengan tema “Menutup kesenjangan Millenium Development Goals (MDGs) dan Agenda Pasca MDGs” resmi dibuka. Ruang Auditorium FK UGM dipenuhi peserta yang ingin mengetahui perkembangan program MDGs saat ini. ASM 2015 merupakan rangkaian acara dies natalis Fakultas Kedokteran UGM ke-69 dan HUT RSUP Dr. Sardjito ke-33. Dalam beberapa pekan kedepan, setiap kelompok kerja ASM akan mengadakan seminar dan pelatihan tentang perkembangan terbaru bidang ilmu setiap pokja. Acara dibuka dengan sambutan dari ketua umum ASM 2015, dr. Ova Emilia, M.Med.Ed, Sp.OG(K), PhD. Kemudian diresmikan oleh dekan Fakultas Kedokteran UGM, Prof. Dr. dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk.

Acara ini dibagi menjadi dua sesi diskusi yang dibuka dengan penyampaian materi tentang pencapaian, tantangan MDG dan agenda pasca MDG. Keynote speaker yang seharusnya mengisi materi pembuka adalah Menteri Kesehatan, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM. Namun, beliau berhalangan hadir, sehingga materi disampaikan oleh staf khusus Kemenkes, Diah S. Saminarsih.

Tahun ini Millennium Development Goals (MDGs) akan berakhir. Namun, sebagian besar negara di dunia belum mampu mencapai target MDGs, khususnya negara miskin dan berkembang. “Hal ini mungkin karena negara itu amat sangat miskin, sehingga susah untuk naik lagi. Amat sangat tidak memperhatikan sektor kesehatan, sehingga susah sekali untuk mencapai angka MDGs.” tutur Diah.

Menurut Diah, proses kelahiran MDGs tidak melibatkan publik secara umum. Latar belakang penetapan target capaian hanya diketahui oleh para penggagas MDGs. Hal ini pula yang menjadi kendala bagi negara-negara miskin dan berkembang untuk memenuhi MDGs. Sebab, angka yang ditetapkan tidak sesuai dengan kemampuan negara untuk mencapainya. “Indonesia harus mencapai 102 untuk kasus kematian ibu per 100.000 kelahiran, Afrika juga demikian. Pada saat yang sama, Swedia juga harus mencapai 102 per 100.000 kelahiran.” terang Diah.

MDGs terdiri atas 8 goal, 3 diantaranya merupakan goal untuk pembangunan di sektor kesehatan, yaitu menurunkan kasus kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, dan mengatasi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya. Tidak tercapainya MDGs pada tahun 2015 ini telah diprediksi sebelumnya. “Negara miskin telah diprediksi akan gagal memenuhi MDGs.” kata Diah. Sehingga, target pembangunan global untuk lima tahun mendatang perlu dibenahi. “Kita sedang menyusun agenda pembangunan pasca 2015, dari MDGs yang memiliki 8 goal kini akan menjadi 17 goal. Namun, hingga saat ini masih terus dilakukan penyempurnaan,” jelas Diah. Hasil negosiasi agenda pembangunan pasca 2015 ini akan disahkan pada 1 Juli mendatang dan akan dilaksanakan pada 1 Januari 2016 – 31 Desember 2030.

Indonesia, sebagai salah satu negara yang belum mampu mencapai MDGs, harus mampu membumikan goal dalam agenda pembangunan global dalam konteks nasional. Sebab, beberapa isu penting yang masuk dalam agenda pembangunan pasca 2015 menyangkut masalah kesehatan yang sedang dihadapi Indonesia, salah satunya adalah double burden of disease, dimana penyakit tidak menular mulai berkembang sementara penyakit menular masih belum teratasi. “Indonesia tidak boleh terseret arus global, Indonesia harus mampu memasukkan isu-isu nasional ke dalam agenda pembangunan global,” ujar Diah. Ia juga berpesan agar hasil pertemuan ilmiah ini disampaikan ke Kementerian Kesehatan supaya dapat diadvokasi ke pertemuan global. Sehingga agenda pembangunan nasional pasca 2015 sejalan dengan agenda pembangunan global. (Ninis/Reporter)