Angka Kematian Ibu di DI Yogyakarta Masih Fluktuatif

Rabu, (21/1) Pusat Studi Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran UGM mengundang kepala daerah provinsi, kepala daerah dan kepala dinas kesehatan kabuaten/kota di DI Yogyakarta untuk berdiskusi tentang trend kematian ibu. Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan stakeholder dari organisasi non-pemerintah serta civitas akademika kesehatan dari berbagai universitas di DIY.

Kegiatan ini dibuka dengan pemaparan data kematian ibu sejak 2008 hingga 2014 oleh Prof. Dr. Laksono Trisnantoro, MSc., PhD. Beliau menyampaikan bahwa trend kematian Ibu di DIY masih fluktuatif. Dari lima kabupaten/kota di DIY, hanya Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunung Kidul yang menunjukkan trend penurunan kematian ibu. Drg. Inni Hikmatin, M.Kes, perwakilan dari dinas kesehatan provinsi DIY, memacu diskusi dengan menyampaikan penyebab kematian ibu. Rupanya, penyebab kematian yang terkait langsung dengan kehamilan mulai menurun. Sebanyak 57,5% penyebab kematian ibu masih dapat dicegah.

Hal tersebut menjadi fokus diskusi. Prof(ret). dr. Mohammad Hakimi, Ph.D., Sp.OG.(K) mengatakan bahwa ada beberapa cara untuk mencegah angka kematian ibu semakin tinggi. Cara pertama dengan menurunkan jumlah ibu hamil. Artinya, program keluarga berencana (KB) harus semakin diperkuat. “Akhir-akhir ini program KB kita agak kendur, jangan-jangan hal ini juga menyumbang penyebab angka kematian ibu tetap tinggi,” terangnya. Cara lain adalah dengan mencegah komplikasi dengan meningkatkan peran antenatal care. Serta menangani komplikasi dengan meningkatkan peran RS PONED dan PONEK. dr. Hakimi menegaskan bahwa sistem rujukan harus lebih diperkuat untuk mendukung upaya terakhir.

Dr. Siti Noor Zainab, M.Kes. membangkitkan suasana diskusi dengan menawarkan solusi program berdasarkan bukti. “Kita harus membuat program berdasarkan data yang kita ambil sendiri secara jujur,” kata dr. Zainab. Beliau menegaskan bahwa program-program yang saat ini berjalan masih seragam dengan pusat. Padahal, masalah di daerah lebih beragam. Sehingga membutuhkan pemecahan masalah yang lebih sesuai dengan daerah. dr. Rukmono Siswishanto, M.Kes., Sp.OG(K) mengamini pendapat tersebut. Beliau menyampaikan bahwa penyebab kematian ibu masih membingungkan. Tidak ada data pasti tentang akar permasalahan kematian ibu. Program yang dilakukan masih berdasarkan asumsi. Kita belum berinvestasi pada riset,” kata dr. Rukmono.

Di akhir acara, moderator diskusi mengajak para kepala daerah untuk menetapkan target penurunan angka kematian ibu tahun 2015. Mereka menetapkan target angka kematian ibu provinsi DIY turun dari 40 kasus pada 2014 menjadi 21 kasus pada 2015. Sedangkan Kota Yogyakarta dari 2 kasus menjadi 1 kasus, Kabupaten Bantul dari 14 kasus menjadi 9 kasus, Kabupaten Kulon Progo dari 5 kasus menjadi 3 kasus, Gunung Kidul dari 12 menjadi 4 kasus, dan Kabupaten Sleman dari 12 menjadi 4 kasus. (Ninis/Reporter)