Registrasi kanker sangat berperan dalam program pengendalian kanker. Data dari registrasi kanker membantu memperkirakan beban kanker dan pola kanker di berbagai daerah bahkan sampai tingkat dunia. Data tersebut juga dapat digunakan untuk memprediksi beban kanker di masa mendatang, menjadi dasar untuk perencanaan pencegahan kanker, serta menjadi landasan untuk penelitian kanker. Secara umum, terdapat tiga jenis registrasi kanker, yaitu registrasi klinis, registrasi kanker berbasis rumah sakit (hospital-based cancer registry/HBCR), dan registrasi kanker berbasis populasi (population-based cancer registry/PBCR). Registrasi klinis hanya mengumpulkan data dari satu jenis kanker, sedangkan HBCR menghimpun data dari pasien di rumah sakit tertentu. Sementara itu, PBCR mengumpulkan data dari semua fasilitas kesehatan di suatu wilayah dan dari statistik vital, sehingga dapat menyediakan data insidensi dan mortalitas yang memberikan gambaran tentang beban kanker di wilayah tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, tim kanker kolorektal (CRC) dari Rumah Sakit Sardjito dan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, telah menggunakan data dari HBCR dan PBCR untuk menilai beban kanker di Yogyakarta. Di Provinsi Yogyakarta, CRC merupakan jenis kanker tersering kedua setelah kanker payudara. Pada pria, CRC menempati peringkat pertama, sedangkan pada wanita berada di urutan keempat. Peringkat ini berbeda dengan insidensi CRC di Indonesia, yang merupakan jenis kanker keempat secara umum, kedua tersering pada pria, dan keempat pada wanita berdasarkan estimasi GLOBOCAN tahun 2022. Meskipun insidensinya relatif tinggi, data yang melaporkan beban CRC di Indonesia termasuk wilayah Yogyakarta masih terbatas.
Kami menganalisis dinamika temporal insidensi CRC di tingkat kabupaten/kota dan variasi insidensi secara geografis di tingkat kecamatan menggunakan data PBCR dari 1.593 kasus yang didiagnosis pada tahun 2008-2019 di Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, dan Kota Yogyakarta. Selama periode pengamatan, analisis temporal menggunakan joinpoint regression menunjukkan peningkatan signifikan insidensi CRC sebesar 13,4% per tahun. Joinpoint regression teridentifikasi pada tahun 2014 dan 2017, tahun-tahun dimana periode perubahan persentase tahunan (APC)nya paling tinggi (APC = 18,84%).
Dengan menggunakan statistik Moran’s I, kami menemukan variasi regional insidensi CRC dengan pola konsentrasi tertinggi (hotspots) di kecamatan-kecamatan di Kota Yogyakarta. Kami juga menunjukkan adanya korelasi spasial positif yang signifikan dan mengidentifikasi empat kluster di bagian tengah Kota Yogyakarta.
Lebih lanjut kami melakukan analisis faktor risiko kanker kolorektal (CRC) pada 467 individu (kasus vs kontrol) menggunakan kuesioner semi-struktural. Tampak bahwa jenis makanan tertentu berhubungan dengan peningkatan risiko CRC. Kami juga menemukan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi terbalik dengan risiko CRC dan hubungan ini dapat dimediasi oleh aktivitas jasmani, Indeks Massa Tubuh (BMI), serta konsumsi makanan tertentu seperti daging merah, kacang-kacangan, dan sayuran.
Selanjutnya, kami menganalisis karakteristik klinis dan patologis serta kesintasan umum (overall survival/OS) pasien CRC dengan usia muda (early-onset CRC/EOCRC) (< 40 tahun) dibandingkan dengan pasien usia rata-rata (average-onset CRC/AOCRC) (≥ 40 tahun). Analisis ini dilakukan pada data dari 1.276 kasus CRC yang didiagnosis antara tahun 2016-2019 (data HBCR dan registrasi CRC). Pasien dengan EOCRC lebih sering terdiagnosis dengan BMI yang rendah dan umumnya memiliki proporsi histologi signet ring yang lebih tinggi dibandingkan AOCRC. Namun demikian, kesintasan kedua kelompok tidak berbeda signifikan. Status performa klinis, kadar hemoglobin, stadium saat terdiagnosis, dan setting terapi merupakan faktor prognostik independen terhadap kesintasan penderita. Sebagian besar pasien dari kedua kelompok didiagnosis pada stadium lanjut, dan kesintasan 5 tahun secara keseluruhan sebesar 36,7%.
Hasil asesmen ini memberikan kontribusi dalam mengisi kesenjangan data literatur tentang CRC mengenai epidemiologi, karakteristik, dan kesintasan pasien CRC di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, khususnya untuk Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Hasil penelitian-penelitian ini juga membuktikan pentingnya data registrasi kanker serta mendorong dilakukan perencanaan deteksi dini, peningkatan kesadaran masyarakat dan regulasi sistem kesehatan, serta manajemen pasien yang lebih baik untuk mengurangi beban CRC di Yogyakarta. (Kontributor: dr. Susanna Hilda Hutajulu, SpPD-KHOM., Ph.D. – Departemen Hematologi dan Onkologi Medik, FK-KMK UGM/RS Sardjito, Yogyakarta, Indonesia. Translasi: Tedy Aprilianto. Editor: Moh. Hendra Setia Lesmana)