FK-UGM. Sesif FGD dibuka oleh dr. Banu Aji Dibyasakti selaku pembicara sekaligus moderator FGD B3 mengenai PPDS Obsgyn, Anestesi, Mata, THT-KL, serta promosi militer.
PPDS Ilmu Kesehatan Mata : dr. Banu Aji Dibyasakti (Residen Ilmu Kesehatan Mata)
Program PPDS Ilmu Kesehatan Mata FK UGM merupakan salah satu program spesialis yang tersedia di FK UGM. Program ini telah terakreditasi A oleh Perkumpulan Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia. Proses penerimaannya dua kali setiap tahun yaitu pada bulan Januari dan Juli. Proses masuknya dapat melalui dua jalur yaitu jalur reguler/tugas belajar dan jalur kerjasama. Pendaftaran dapat dilakukan dengan mengisi formulir yang dapat didownload di www.ppds.fk.ugm.ac.id
Alur registrasinya, pertama, departemen menerima berkas calon mahasiswa yang lolos administratif dari TKP PPDS. Selanjutnya pendaftar melakukan tes akademik, kesehatan, psikiatri dan wawancara. Dari situ, departemen melakukan rapat penentuan daftar nama mahasiswa yang diterima yang akan dikiirim hasil Rapat Departemen TKP PPDS. Terakhir, pemanggilan untuk daftar ulang.
Untuk meraih gelar spesialis, diperlukan waktu belajar selama 4 tahun dengan 3 tahap. Ada 11 stase dalam pendidikan dokter spesialis mata yaitu Retina. Glaukoma, Uvea-Lensa, Tumor, Trauma-Okuloplasti, Pediatric Ophthalmology, Strabismus, Refraksi, External eye Disease, Neuro-Ophthalmology dan Oftalmologi Komunitas. Ujian yang akan dilalui selama masa pendidikan diantaranya Ujian Oftalmologi Dasar, Ujian Fisik-Diagnostik, Ujian Stase, Ujian Operasi, Ujian Tulis Nasional, Ujian Video Operasi, Ujian UDOT, Ujian Short Case, Ujian Komprehensif 1, Ujian Seminar Hasil, Ujian Komprehensif 2 dan Ujian Karya Akhir.
PPDS THT-KL : dr. Rangga Putra Nugraha (Residen THT-KL)
Mungkin orang-orang lebih familiar dengan dokter spesialis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan). Padahal kenyataannya yang benar adalah dokter spesialis THT-KL (Telinga, Hidung, Tenggorokan-Kepala, Leher). Program Pendidikan Spesialis THT-KL dibagi menjadi 2 yaitu bedah dan non bedah(ppoliklinik dan komunitas). Pendidikan program ini adalah 8 semester baik bedah dan nonbedah. Kegiatan ilmiahnya yaitu presentasi kasus/case report, jurnal reading, book reading, 3 Referat, Proposal/Seminar Hasil, Regional. Kegiatan lapangannya diantaranya jaga di Poliklinik, operasi & komunitas. Materi yang dipelajari diantaranya Otologi, Rhinologi, Laring Faring, Neuro-otologi, Bronko-Esofagus, THT Komunitas, Alergi imunologi, Plastik Rekonstruksi dan Maxilofacial serta Onkologi Bedah Kepala Leher.
[slideshow_deploy id=’18095′]
PPDS Obsgyn : dr. Muhammad Ary Zucha (Residen Obsgyn, researcher)
Melakukan sebuah masa residensi sekaligus menyambi menjadi seorang peneliti bukanlah hal yang mustahil seperti yang ditegaskan oleh dr. Zucha, panggilan akrab beliau, seorang PPDS Obstetri dan Gynecology FK UGM yang memiliki basic seorang researcher. Beliau memberi tips untuk melakukan sebuah penelitian yaitu “Start from the most: feasible, simple, significant clinical question”.
PPDS Anestesi : dr. Nugraha Septian Bahrun (Residen Anestesi)
PPDS Obsgyn : dr. Tiara Kusumaningtyas (Residen Obstetri dan Ginekologi)
dr. Nugraha Septian Bahrun dan dr. Tiara Kusumaningtyas masing-masing menjelaskan secara singkat mengenai Program Studi PPDS yang kini mereka tempuh, yaitu PPDS Obsgyn yang diwakili oleh dr. Tiara dan PPDS Anestesi yang diwakili oleh dr. Nugraha Septian. Kedua program studi tersebut merupakan salah satu program studi yang banyak diminati di samping masih banyak juga kebutuhan akan dokter spesialis tersebut di Indonesia.
Dokter Militer : Kapt. CKM. dr. Rio Heryanto Gunawan (residen THT-KL), dr. Patti Arsendra (residen Ilmu Kesehatan Mata), dan dr. Yahya Nurlianto (residen Obsgyn)
Menjadi dokter militer merupakan impian beberapa dokter umum (sipil), di forum kali ketiga dokter militer tersebut menjelaskan alur rekruitmen untuk menjadi seorang dokter militer. Langkah—langkahnya adalah proses administrasi, tes kesehatan I, tes kesegaran jasmani, tes mental ideologi, tes psikologi, tes kesehatan II, dan yang terakhir adalah sidang penentuan akhir. Belum selesai sampai di situ perjuangan untuk menjadi seorang dokter militer, peserta wajib menjalani pendidikan pertama perwira selama 7 bulan, kemudian PRASPA dan harus siap untuk ditugaskan di mana saja dan kapan saja. Pada akhir sesi ditampilkan foto-foto perjuangan perwira TNI saat masih mengenyam pendidikan militer dahulu.
(Unit Alumni/Kontributor)