Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, MSc., PhD., meraih gelar doktor honoris causa bidang kesehatan dari Coventry University di Inggris, Selasa (21/11) atas gagasan dan implementasi jaminan sosial kesehatan di Indonesia. Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) yang juga mantan Dekan Fakultas Kedokteran UGM ini menjadi orang Indonesia pertama yang meraih gelar kehormatan berskala internasional tersebut.
Melalui penghargaan ini, Prof. Ali Ghufron berharap agar semakin banyak ilmuwan dan tenaga kesehatan Indonesia yang berkelas dunia, semakin banyak kerjasama dengan pusat-pusat inovasi kesehatan dunia dan memberi inspirasi kepada anak-anak muda bahwa Indonesia masih tetap dan makin bersinar di peta ilmuwan kesehatan dunia. “Ini berarti secara otomatis kami berharap bahwa masalah-masalah kesehatan di Indonesia sebagai hasil kesepakatan dunia, seperti yang tertuang dalam SDGs, di mana Indonesia sebagai Co-chair yang menyiapkannya agar bisa diselesaikan. Artinya, masalah kesehatan di Indonesia seperti angka kematian ibu anak, nutrisi, JKN-KIS dan lain-lain bisa diatasi,” ungkapnya.
Sejak muda, Prof. Ali Ghufron menyadari mahalnya biaya pengobatan. Setelah lulus dokter di UGM, beliau kemudian menekuni urusan sistem jaminan kesehatan masyarakat. Berbagai rangkaian diskusi di kampus dan dengan pemangku pemerintah lokal di Yogyakarta telah dilakukan. Termasuk menerobos birokrasi akademik untuk membuka program asuransi kesehatan masyarakat tentu bukan perkara yang mudah. Ketekunan, kegigihan, dan ketajaman visi itu akhirnya menghantarkan Prof. Ali Ghufron Mukti untuk meraih berbagai macam prestasi.
Sebagai salah satu keluarga besar Fakultas Kedokteran UGM, tentu Prof. Ali Ghufron berharap agar para mahasiswa menjadi pribadi yang kompetitif. “Mahasiswa FK UGM, sebagai calon pemimpin masa depan agar senantiasa belajar dalam arti luas dan lebih giat, serius, kompeten, berdaya saing tinggi, ikhlas, berwawasan luas serta melengkapi diri dengan hard dan soft skills menyongsong Indonesia emas 2045”, pesannya. Sosok kelahiran Blitar 55 tahun silam ini juga menambahkan bahwa Fakultas Kedokteran juga harus lebih meningkatkan kualitas pendidikan kedokteran melalui peningkatan kerjasama internasional, penelitian, publikasi, inovasi, keterkaitan industri, pengabdian masyarakat sehingga diakui dunia dengan indikator ranking meningkat.
Setelah sukses di bidang pendidikan dan kesehatan, ke depan, Prof. Ali Ghufron ingin merambah ke bidang ekonomi. Menurutnya, negara dirasa hadir jika mampu menyelesaikan 3 sektor yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Hubungan ketiganya sangat erat. Sulit sehat jika masyarakat hidup dalam kebodohan dan kemiskinan, padahal tujuan pertama dalam SDGs adalah tidak ada kemiskinan (no poverty).
“Di Indonesia, dengan sumber daya alam yang melimpah harusnya tidak ada kemiskinan. Maka tergantung dari sumber daya manusianya, yang diharapkan mampu memahami kewirausahaan atau entrepreneurship dan manajemen. Kebetulan kami sudah dan sedang bergerak di kesehatan serta pendidikan, yang belum adalah ekonomi. Maka, pekerjaan rumahnya saat ini di bidang ekonomi. BPJS yang memberikan akses kesehatan bagi orang tidak mampu dan masyarakat luas ini bisa terancam jika defisit dan kekurangan dana, maka pemahaman dan keterkaitan ekonomi harus menjadi perhatian,” pungkasnya. Selamat untuk Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, MSc., PhD. Salam Viva Medika. (Wiwin/IRO)