FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM turut menghadiri sesi pleno bertema Climate and Health yang diselenggarakan oleh Asian Development Bank (ADB) pada forum internasional kesehatan yang berlangsung pada 7 Juli 2025 di Manila, Filipina. Forum ini membahas keterkaitan krusial antara isu perubahan iklim dan kesehatan global, serta pentingnya kolaborasi lintas sektor dan komitmen kebijakan dalam menghadapi dampak iklim terhadap sistem kesehatan.
Dalam sesi tersebut, ADB memaparkan Kerangka G20 untuk Iklim dan Kesehatan, yang menitikberatkan pada lima prinsip utama: membangun sistem kesehatan tangguh, mendukung transisi rendah karbon, mendorong pembiayaan iklim, serta memperkuat pendekatan One Health secara kolaboratif. Inisiatif unggulan ADB berupa Climate Health Initiative (CHI) dan pengembangan portal informasi digital juga diperkenalkan sebagai sumber daya strategis untuk mendukung aksi nyata di bidang ini.
Dr. Soumya Swaminathan, mantan peneliti WHO, menyoroti bahwa perubahan iklim telah berdampak luas terhadap kesehatan, mulai dari gelombang panas ekstrem, krisis air bersih, hingga meningkatnya penyakit tular vektor. Beliau mendorong kerja sama multilateral dan kebijakan regional yang adaptif, didukung oleh investasi dalam riset serta penetapan target kualitas udara sesuai standar WHO.
Sementara itu, CEO Malaria No More, Martin Edlund, mengangkat inovasi berbasis bakteri Wolbachia sebagai solusi konkret pengendalian demam berdarah, yang telah diimplementasikan di Yogyakarta dan tengah diperluas ke wilayah lain di Indonesia.
Diskusi panel menghadirkan berbagai perspektif dari pemangku kepentingan global. Mr. Syed Hussein Mujtaba (Pakistan) menekankan dampak perubahan iklim terhadap kemiskinan dan stunting anak, sedangkan Lucica Ditiu (Stop TB Partnership) menyoroti perlunya menjadikan sektor kesehatan sebagai prioritas. Robert Matiru (Unitaid) menegaskan bahwa respons perubahan iklim harus inklusif, teknologi harus tahan lama, dan melibatkan komunitas.
Perwakilan Filipina, Dr. Ronald Law, menegaskan bahwa sistem kesehatan harus tahan bencana dan netral karbon, didukung oleh kebijakan seperti Universal Health Care Law dan roadmap khusus iklim dan kesehatan. Dr. Ricardo Baptista Leite (Health AI) menutup sesi dengan membahas paradoks penggunaan AI—antara dampaknya terhadap emisi dan potensinya dalam memprediksi pandemi serta memastikan investasi yang lebih tepat sasaran.
Melalui sesi ini, ADB dan para mitra global menegaskan urgensi membangun sistem kesehatan yang tangguh terhadap krisis iklim melalui pendekatan holistik dan lintas sektor. Upaya ini sejalan dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, serta SDG 17: Kemitraan Global untuk Pembangunan Berkelanjutan. (Kontributor: Dr. Lutfan Lazuardi).