Meningkatnya Penyakit Dermatitis Atopik. Bagaimana penanganannya?

Dermatitis atopik, atau lebih dikenal dengan istilah eksim, adalah radang pada kulit berbentuk ruam yang timbul hanya pada orang yang memiliki kulit sensitif dan mudah teriritasi. Umumnya penyakit ini terjadi pada bayi, anak kecil dan berkurang saat dewasa. Gangguan pada kulit ini terjadi dalam jangka waktu lama, sewaktu-waktu dapat kambuh dan tidak bisa hilang.

Penelitian epidemiologi menunjukkan akhir-akhir ini di negara-negara industri prevalensi dermatitis atopik meningkat cukup tinggi yaitu 2 sampai 3 kali lipat dalam 3 dekade terakhir, sehingga saat ini prevalensinya 15-30% pada anak-anak dan 2-10% pada dewasa. Peningkatannya sesuai dengan tingkat kesejahteraan masyarakat, semakin sejahtera maka disebabkan oleh alergi, sedang semakin rendah disebabkan oleh borok atau jamur. Gangguan yang ditimbulkan dermatitis atopik lebih besar atau paling tidak setara dengan penyakit asma dan diabetes.

Pada awalnya dermatitis atopik muncul di Eropa, kemudian merambah ke kawasan Asia. Gangguan ini timbul karena faktor genetik, lingkungan dan gaya hidup. Terjadinya perubahan gaya hidup mengakibatkan peningkatan paparan iritan dan alergen dari lingkungan. Bahan-bahan iritan dan alergen dapat merusak sawar kulit. Salah satu penyebab timbulnya dermatitis atopik yaitu rusaknya sawar kulit.

Sawar kulit berfungsi ganda yaitu mencegah keluar atau masuknya zat yang berada di luar ke dalam tubuh atau dari dalam ke luar tubuh. Fungsi sawar kulit terutama berada di sel-sel epidermis dan kemampuan kulit sebagai sawar berbeda pada satu tempat kulit dengan tempat kulit lainnya bergantung pada kondisi epidermis di tempat tersebut. Sawar rendah didaerah kulit wajah dan punggung tangan. Sebaliknya telapak tangan dan telapak kaki adalah daerah kulit yang paling baik sawarnya.

Gangguan dermatitis atopik dapat diperbaiki dengan penggunaan pelembab serta menghindari beberapa hal berikut:

  • pemakaian AC (air conditioner), karena AC menyebabkan kulit menjadi kering
  • mandi dengan air panas (heater)/sauna, air panas dapat melarutkan lemak kulit
  • penggunaan karpet, dalam bulu-bulu karpet tersembunyi tungau debu rumah
  • mencuci tangan dengan sabun/hand sanitizer
  • stres

Dr. dr. Niken Trisnowati, M.Sc., Sp.KK merupakan Doktor ke-131 di Fakultas Kedokteran UGM dan Doktor ke-2427 di UGM. Judul disertasinya “Hubungan antara Mutasi Gena Filaggrin dengan Dermatitis Atopik. Kajian Mutasi Gena Filaggrin Tipe Asia di Suku Jawa”. Promotornya Prof. Dr. dr. Hardyanto Soebono, Sp.KK(K), sedang ko promotor dr. Ahmad Hamim Sadewa, Ph.D. Tim Penilai yaitu Prof. dr. Mohammad Hakimi, Sp.OG(K)., Ph.D, Dr. dr. Sunardi Radiono, Sp.KK(K) dan dr. Rina Susilowati, Ph.D. Penguji internal: Prof. dr. Sofia Mubarika, M.Med.Sc., Ph.D., Dr.Med. dr. Indwiani Astuti, sedang penguji eksternal Prof. Dr. dr. Endang Sutedja, Sp.KK(K).

dr. Niken menjadi staf tenaga pendidik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran UGM sejak tahun 1999. Lulus dokter tahun 1996 di Fakultas Kedokteran UGM, melanjutkan S2 di University of New South Wales, Sydney, Australia dan lulus tahun 2004. Tahun 2008 menjadi dokter spesialis kulit dan kelamin. dr. Niken telah menerbitkan beberapa jurnal nasional dan internasional serta memperoleh beberapa penghargaan. dr. Niken lulus dengan predikat cum laude.

 Penelitian ini merupakan penelitian pertama didunia untuk tipe Asia. Penelitian mengenai zat filaggrin masih baru dan sedang marak diteliti didunia. Hasil penelitian ini tidak ditemukan mutasi di tipe Asia, ditemukan 2 buah mutasi baru dan keadaan kulit terluar (atau disebut juga pelindung kulit) dengan tingkat keparahan, semakin rusak pelindung maka semakin parah pula dermatitis atopik. Selain itu, pemeliharaan dan perbaikan pada pelindung kulit sangat penting. Maka “peliharalah bagi yang sehat dan perbaikilah bagi yang rusak”. (Dian/IRO)