Yogyakarta – Permasalahan dan tantangan bidang kesehatan semakin kompleks dan luas, sehingga tidak dapat diselesaikan hanya oleh tenaga kesehatan saja. Selain itu kesehatan manusia juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti interaksi dengan hewan dan kondisi lingkungan. Oleh karena itu penanganan masalah kesehatan hanya akan dapat berjalan dengan baik jika dilakukan dengan pendekatan lintas sektor dan lintas profesi.

Salah satu pendekatan baru dalam menanggulangi berbagai permasalahan kesehatan di dunia adalah dengan “One Health Approach/OHA”. OHA adalah salah satu pendekatan dalam menanggulangi permasalah kesehatan yang menekankan pada adanya interaksi antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Dengan demikian OHA membutuhkan kerjasama dan aksi kolektif lintas profesi dan lintas disiplin (interprofesional dan transprofesional) secara horisontal maupun vertikal.
Dalam konteks OHA, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah memperluas pengertian penyakit/disease dari semula “an illness or medical condition, irrespective of origin or source, that presents or could present significant harms to humans” tetapi telah diperluas ke “events” yang dimaksudkan sebagai “a manifestation of disease or an occurance that creates the potential for disease”. Events dapat berasal dari berbagai resiko seperti biologis, kimia, nuklir, zoonosis dari hewan maupun makanan, emerging dan re-emerging, bisa ditularkan melalui vektor, manusia, barang maupun lingkungan.
Perhatian dunia terhadap OHA telah direalisasikan dengan adanya penandatangan kesepakatan antara WHO (World Health Organization), FAO (Food and Agricultural Organization), dan WOAH/OIE (World Organization for Animal Health/Office International des Epizooties) untuk melakukan koordinasi, kerjasama, aksi kolektif, information sharing dalam mengembangkan sistem peringatan dini, deteksi dini, promosi pencegahan, upaya pengobatan maupun rehabilitasi.

Sebagai konsep yang dianggap lebih holistik dan integralistik dalam penanganan kesehatan, OHA perlu disosialisasikan ke seluruh lapisan masyarakat termasuk kalangan mahasiswa dan perguruan tinggi. Sebagai upaya diseminasi OHA kepada masyarakat melalui jalur perguruan tinggi, USAID telah memberikan dukungan dana dan memfasilitasi berdirinya jejaring perguruan tinggi untuk mempromosikan OHA melalui program EPT (Emerging Pandemic Threat) dan pembentukan one health university network diberbagai negara. Di Indonesia telah dibentuk Indonesian One Health University Network (INDOHUN), Malaysian One Health University Network (MYOHUN), Vietnam One Health University Network (VIOHUN), Thailand One Health University Network (THOHUN). Keempat jejajaring perguruan tinggi di wilayah Asia Tenggara ini telah membentuk SEAOHUN (South East Asia One Health University Network).
Dalam rangka mempromosikan OHA, AIDIPROKESI/IASHE (Asosiasi Ahli Pendidikan Profesi Kesehatan Indonesia/Indonesian Association for the Study of Health Profession Education) dan SEAOHUN menyelenggarakan Simposium Internasional Kedua dengan tema “One Health Approach for Health Profession Education in Indonesia”. Simposium yang digelar di Hotel Easpac Yogyakarta dari tanggal 14 hingga 17 April 2014 ini dibuka oleh Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. Ali Ghufron Mukti. Hadir pula Ketua AIDIPROKESI dr. Titi Savitri, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UGM Prof. Iwan Dwiprahasto, dan sejumlah narasumber dari INDOHUN dan SEAOHUN. [ARIS W]