Cara Pandang Transformatif (Mang Etos Edisi I Media Efkagama Tahun 2025)

Sejak tahun 2022, agenda transformasi sistem kesehatan telah diluncurkan. Komitmen terhadap transformasi tersebut bahkan dikuatkan dengan lahirnya Undang-undang Kesehatan pada tahun 2023. Transformasi tersebut bukanlah perubahan yang kecil, namun merupakan sebuah perubahan yang mendasar. Upaya mengimplementasikannya pun perlu didasari dengan cara pandang yang transformatif, agar tidak hanya menjadi kerja-kerja teknis belaka.

Cara pandang transformatif didasarkan pada berbagai alasan pentingnya lahirnya transformasi kesehatan. Terdapat beberapa cara pandang transformatif yang diperlukan saat ini. Pertama, penguatan paradigma sehat yang mengedepankan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Kedua, penekanan kesehatan holistik sebagai indikator kualitas hidup. Ketiga, pemanfaatan teknologi dan data untuk pengambilan Keputusan berbasis bukti. Keempat, penekanan bahwa kesehatan adalah hak dan tanggungjawab bersama, sehingga Upaya untuk mewujudkan kesehatan memerlukan Kerjasama lintas sektor secara nyata dan terintegrasi.

Berbagai data tentang tingginya biaya kesehatan saat ini semakin menguatkan pentingnya memberikan perhatian yang lebih pada aspek promotif dan preventif. Kita perlu melihat bahwa alokasi pada aspek promotif dan preventif merupakan investasi yang akan mampu mengurangi biaya pengobatan penyakit secara signifikan. Tentu, untuk melakukannya diperlukan perubahan cara pandang dari semua stakeholders baik pemerintah, swasta ataupun Masyarakat.

Kesehatan, tidak hanya sebatas aspek fisik saja, namun mencakup kesehatan fisik, mental, sosial dan spiritual. Maka dalam Pembangunan kesehatan kita tidak bisa hanya memperhatikan aspek kesehatan fisik saja. Pembangunan kesehatan harus dilakukan secara komprehensif dan holistic menyasar semua aspek tersebut.

Aspek cara pandang transformasi yang ketiga adalah tentang pentingnya data dan pemanfaatan teknologi dalam pengambilan Keputusan. Informasi dan teknologi berkembang sangat pesat. Indonesia yang begitu luas, memiliki kondisi Masyarakat dan lingkungan yang sangat beragam. Keputusan Keputusan yang berkaitan dengan program kesehatan semestinya berbasis bukti, dengan pemanfaatan teknologi informasi, namun tetap memperhatikan konteks lokal Masyarakat yang menjadi sasaran program.

Perspektif transformatif yang terakhir adalah terkait dengan Kerjasama lintas sektor dalam Pembangunan kesehatan. Adanya kesadaran bahwa kesehatan adalah hak setiap individu dan Masyarakat, sekaligus menjadi tanggungjawab bersama, membawa pada konsekuensi pentingnya kolaborasi dan sinergi berbagai stakeholders untuk mewujudkan kesehatan Masyarakat yang optimal. Perubahan perilaku Masyarakat menjadi lebih sehat tidak mudah diwujudkan tanpa adanya dukungan lingkungan dan system yang memudahkan setiap individu untuk berperilaku hidup sehat. Saat ini, telah dimulai kontribusi berbagai sektor untuk kesehatan. Namun jika kita jujur mengakui, yang terjadi masih lebih banyak sebagai “sama-sama kerja” untuk kesehatan, namun masih kurang kuat “kerja samanya” untuk kesehatan. (Penulis: Supriyati)