FK-KMK UGM. Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM menyelenggarakan Seminar Rabuan dengan tajuk “Peran Penting Rumah Sakit Daerah sebagai Rumah Sakit Pendidikan: Situasi, Tantangan, Peluang”, pada Rabu (22/10). Seminar ini diselenggarakan secara hybrid di Auditorium Lantai 1 Gedung Tahir Foundation dan platform Zoom. Tujuan dari seminar ini ialah memfasilitasi ruang diskusi terarah untuk mengidentifikasi peran rumah sakit daerah sebagai rumah sakit pendidikan, menghimpun praktik yang baik, serta merumuskan peluang, tantangan, dan kemitraan lintas pihak.
Seminar ini menghadirkan pembicara dari lintas sektor yang memiliki pengalaman dalam mengembangkan manajemen strategis rumah sakit daerah. Mereka adalah Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H., M.A.R.S selaku Ketua Departemen Penasihat Pengurus Pusat Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia (ARSADA); Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal, S.E selaku Walikota Banda Aceh; Putu Eka Andayani, S.KM., M.Kes selaku Staf Divisi Rumah Sakit PKMK FK-KMK UGM; dan dr. Yoyo Suhoyo, M.Med.Ed., Ph.D selaku Dosen Departemen Pendidikan Kedokteran dan Bioetika FK-KMK UGM.
Kegiatan dibuka dengan sambutan dari dr. M. Lutfan Lazuardi, M.Kes., Ph.D selaku Ketua Prodi Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK-KMK UGM. dr. Lutfan menyampaikan bahwa seminar ini merupakan diskusi strategis yang secara substansial menempatkan rumah sakit daerah sebagai institusi yang menentukan arah pelayanan kesehatan di Indonesia. Selain itu, dr. Lutfan menegas terdapatkan 932 rumah sakit daerah yang menjadi institusi yang sangat potensial dan strategis untuk dikembangkan secara berkelanjutan demi pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Pemaparan materi pertama disampaikan oleh dr. Slamet Riyadi Yuwono dengan bahasan “Peran Penting RSD Sebagai RS Pendidikan Tenaga Medis (Dokter Spesialis) (Situasi, Tantangan, dan Peluang)”. dr. Slamet menyampaikan, sebaran rumah sakit daerah di Indonesia yaitu sebanyak 932 unit yang tersebar di 38 provinsi dan 514 kota/kabupaten, atau 28,5 persen dari total keseluruhan rumah sakit di Indonesia. Melalui data ini, dr. Slamet menegaskan pentingnya keterlibatan antara pendidikan dan rumah sakit dalam menambah jumlah tenaga kesehatan di Indonesia melalui berbagai macam program strategis yang terintegrasi melalui Kemdiktisaintek dan Kemenkes.
“Rumah sakit daerah memiliki keharusan untuk berkolaborasi dengan lima stakeholder terkait, diantaranya rumah sakit universitas, fakultas kesehatan, universitas, pemangku kebijakan, dan kementerian terkait guna mempercepat penyediaan tenaga kesehatan yang berkualitas,” kata dr. Slamet.
Pemaparan materi kedua disampaikan oleh Illiza Sa’aduddin Djamal yang menyampaikan materi “Ekspektasi dan Dukungan Pemerintah Daerah dalam Memperkuat Rumah Sakit Pendidikan, Pengalaman di RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh”. Illiza menekankan, terdapat tiga unsur pondasi pendidikan kesehatan masa depan, yaitu peran strategis pemerintah daerah, kunci kolaborasi tiga pihak (universitas, pemerintah daerah, dan rumah sakit), serta komitmen.
“Pengalaman kami, di Banda Aceh menekankan visi dengan mewujudkan kesehatan yang unggul, inklusif, dan berkeadilan sebagai dasar pijakan keterlibatan Pemda Banda Aceh untuk mengembangkan institusi pendidikan terkait (RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh),” kata Illiza.
Putu Eka Andayani turut menanggapi pemaparan materi dari kedua pembicara sebelumnya dalam perspektif kolaboratif. Dalam pemaparannya, Putu menegaskan bahwa kebijakan berkaitan pendidikan di rumah sakit daerah membutuhkan adanya kesiapan sistemik dari tingkat nasional dan dukungan nyata pemerintah daerah agar tidak terhenti di tataran simbolik.
“Rumah sakit pada umumnya sebagai wahana pendidikan dahulu sempat pasif, tetapi sekarang mulai aktif sebagai penyelenggara pendidikan dan perlu dipandang dari berbagai perspektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan,” ujar Putu.
Sementara itu, dr. Yoyo Suhoyo turut memberikan pendapat dari perspektif pendidikan klinis. dr. Yoyo menyampaikan pentingnya pendidikan klinis dari fakultas dan universitas yang menekankan kompetensi untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik dalam profesi dokter, dokter spesialis, ners, dan dietisien.
“Rumah sakit harus memberikan dua peranan dalam pendidikan, di antaranya memberikan pengalaman untuk menjadi profesional kesehatan dan memfasilitasi mahasiswa belajar teoritisnya,” tutur dr. Yoyo.
Seminar Rabuan ini merupakan salah satu upaya FK-KMK UGM dalam mendukung komitmen Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu pada poin 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera dan poin 4: Pendidikan Berkualitas melalui komitmen peningkatan akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan. Selain itu, kegiatan ini juga mendorong pencapaian SDGs poin 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan dengan peningkatan kapasitas lintas sektor untuk menumbuhkan ekosistem pelayanan kesehatan terbaik melalui rumah sakit daerah. (Reporter/Tedy)




