Talkshow HRIE 2025 Hadirkan Para Inovator Kesehatan dari Mahasiswa hingga Profesional

FK-KMK UGM. Dalam rangka menyemarakkan Health Research & Innovation Expo (HRIE) 2025 yang menjadi bagian dari Pekan Raya Medika 2025, LERES Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan talkshow berjudul Future Health Innovators: From Ideas to Real Impact. Kegiatan dilaksanakan di Atrium Gedung Radiopoetro Lantai 1 FK-KMK UGM, pada Jumat (17/10/2025). Talkshow menghadirkan tiga narasumber yang akan berbagi cerita mengenai perjalanan dari sebuah ide hingga dapat menjadi inovasi kesehatan yang nyata dan berdampak.

Dimoderatori oleh dr. Indra Tri Mahayana, Ph.D., Sp.M, FRSPH dari Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK-KMK UGM, ketiga narasumber yang hadir antara lain Frengki Prabowo Saputro Wijaya, mahasiswa Kedokteran angkatan 2023 FK-KMK UGM); dr. Meirizal, Sp.OT, SubSp.TLBM(K), dokter spesialis Orthopedi dan Traumatologi dari Departemen Ilmu Bedah FK-KMK UGM; dan Dr. Setyawan Bekti Wibowo, S.T., M.Eng. dari Sekolah Vokasi UGM. Ketiganya membahas tentang inovasi masing-masing yang telah diberikan di bidangnya.

Sesi pertama dibuka oleh pemaparan Frengki yang bertajuk “Lesson Learned in EMO-vest: Futuristic Vest as Epilepsy Detector with Airguard Protecting Based on IoT”. Temuannya yang bernama EMO-VEST merupakan singkatan dari Epilepsy Monitoring Vest, yaitu alat untuk mendeteksi pasien epilepsi saat terjadi kejang dan dapat melindungi pasien dari cedera jatuh akibat kejang dengan airbag yang otomatis mengembang secepatnya untuk melindungi pasien dari benturan pada organ-organ vital, seperti kepala atau tulang belakang.

“Ketika terdeteksi epilepsi dengan EMO-VEST, alat tersebut akan memberikan output berupa SMS dan pesan WhatsApp berupa lokasi pasien epilepsi, kemudian dikirimkan ke rumah sakit atau ke keluarga. Output lainnya berupa panggilan telepon yang menandakan bahwa pasien ini mengalami kondisi yang urgent, serta LED dan bunyi radio untuk memberitahu sekitarnya bahwa pengguna mengalami epilepsi, sehingga harus ditolong segera,” kata Frengki.

Pada sesi kedua, dr. Meirizal menjelaskan tentang inovasi yang ia kembangkan, yakni RZ-VAC, yaitu mesin perawatan luka dengan Vacuum Assisted Closure berbiaya rendah. Ia menceritakan, inovasinya tersebut bermula dari banyaknya rujukan ulkus akut, kronis, atau neglected di RSUP Dr. Sardjito, tempat ia bekerja. Banyaknya kasus tersebut membuat jumlah dan jenis BMHP yang akan digunakan menjadi lebih banyak, sehingga waktu tunggu masuk rawat inap semakin lama. Ditambah, adanya limitasi dana pasien BPJS karena sistem grouper.

“Dibandingkan dengan perawatan konvensional, yaitu NaCl, RZ-VAC lebih unggul dan tidak kalah bagus dibandingkan dengan VAC yang telah ada. Sekarang, perkembangan RZ-VAC sudah ada sampai generasi ketujuh, sudah ada hak paten dan izin edar, safety patient, logo, dan kerja sama serta apresiasi pada RZ-VAC,” jelas dr. Meirizal.

Mengisi sesi terakhir, Setyawan berbagi pengalamannya tentang pengembangan produk inovasi kesehatan di Sekolah Vokasi UGM, khususnya di Laboratorium Peralatan Industri. Setyawan menyebut, ada lima tahap dalam proses engineering, yaitu empati (memahami masalah pengguna), define (mendefinisikan masalah), ideation (membuat ide sebanyak-banyaknya), prototipe (membuat prototipe), dan tes (menguji prototipe kepada pengguna). Berbagai inovasi yang ia lakukan bersama tim antara lain wound & skin scanner V.2 (hasil kerja sama dengan RSA UGM) terkait analisis atas kondisi luka terbuka, IB-Gun (alat inseminasi buatan, hasil kerja sama dengan LERES FK-KMK UGM), dan masih banyak lagi produk inovasi lainnya.

“Saya yakin, banyak sekali inovasi-inovasi yang bisa kita kembangkan ketika kita tahu apa obyeknya, kemudian bagaimana nantinya kita berkolaborasi,” tutup Setyawan.

Talkshow HRIE 2025 turut mendukung tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs), utamanya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera; SDG 4: Pendidikan Berkualitas; SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur; dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Kegiatan tersebut mendorong inovasi teknologi, kemitraan global, dan akses pendidikan pada berbagai temuan yang mendorong kemajuan kesehatan bangsa. (Penulis: Citra/Humas).