Mahasiswa FK-KMK UGM Kembangkan Program EKSIS untuk Tingkatkan Resiliensi Remaja dalam Pengelolaan Stres

FK-KMK UGM.  Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FK-KMK UGM meluluskan mahasiswa atas nama Riris Diana Rachmayanti, SKM., M.Kes dengan predikat Cumlaude sebagai Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. Ujian terbuka tersebut dilaksanakan pada Jumat (12/09) di Auditorium Lantai 8 Gedung Tahir Foundation FK-KMK UGM. Riris Diana Rachmayanti, SKM., M.Kes memaparkan hasil penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Program Promosi Kesehatan Berbasis Partisipatif Komunitas (EKSIS) untuk Meningkatkan Resiliensi Remaja Dalam Pengelolaan Stres Sebagai Upaya Pencegahan Masalah Kesehatan Mental”

Penelitian ini dilatarbelakangi dari data Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022 yang menunjukkan prevalensi masalah kesehatan mental remaja usia 10–17 tahun di 34 provinsi mencapai 34,9%. Sementara itu, resiliensi remaja di Surabaya masih sekitar 58% berada pada tahap developing level. Kondisi tersebut mendorong perlunya upaya intervensi yang terstruktur, salah satunya melalui EKSIS Program yang berbasis pada teori internal self resiliency.

“Informasi pada website (EKSIS) tersebut cukup padat. Mulai dari masalah kesehatan mental, komunikasi dengan orang tua, kondisi resiliensi, pengetahuan tentang kesehatan mental, sikapnya bagai mana. Sehingga informasi-informasi tersebut bisa diakses dengan mudah,” ujar Riris.

Kegiatan penelitian berlangsung sepanjang 2024 dengan melibatkan siswa SMA di Surabaya. EKSIS Program (Program Promosi Kesehatan Partisipatif Komunitas) dirancang untuk meningkatkan resiliensi remaja dalam menghadapi stres dengan pendekatan holistik berbasis komunitas. Pengembangan program dilakukan dengan metode intervention mapping, participatory action research, dan design thinking melalui tiga tahap. Tahap pertama meliputi diagnosis masalah secara kualitatif dengan 31 informan (1 Juni–21 Agustus 2024).

Tahap kedua berfokus pada pengembangan instrumen, modul, media digital, serta rancangan program (1 September–31 Desember 2024). Tahap ketiga berupa intervensi dua minggu melalui pelatihan dan website, serta evaluasi pasca intervensi baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Evaluasi kuantitatif melibatkan 144 remaja dengan desain kuasi-eksperimen, sementara evaluasi kualitatif dilakukan dengan diskusi kelompok terfokus.

Hasil penelitian menunjukkan empat tema utama dalam diagnosis masalah: status kesehatan mental remaja, perilaku resiliensi, ketersediaan program, serta faktor protektif. Uji validitas silang antarbudaya menunjukkan hasil baik dengan nilai >0,74. Meski peningkatan resiliensi setelah intervensi belum signifikan (p=0,48; effect size=0,16), program ini terbukti berpotensi memperkuat kemampuan remaja dalam regulasi emosi, manajemen stres, dan peningkatan well-being. Analisis lanjutan menunjukkan bahwa resiliensi berpengaruh positif terhadap kesejahteraan psikologis, regulasi emosi, serta usia.

“Remaja ketika ditanya apa yang berubah setelah proses implementasi dari program, ternyata mereka menjadi lebih terbuka dan bisa berbagi dengan orang tua, serta dapat mengelola emosi ketika mereka menghadapi masalah,” terang Riris.

Melalui EKSIS Program, FK-KMK UGM menegaskan pentingnya intervensi berbasis bukti ilmiah untuk mendukung kesehatan mental remaja Indonesia. Inisiatif ini sekaligus menjadi kontribusi nyata dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 5: Kesetaraan Gender, SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Humas/Sitam).