FK-KMK UGM. Departemen Dermatologi dan Venereologi (DV) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menyelenggarakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat bertajuk Mini Gathering KOMPAK pada Sabtu (13/09) di Selasar Gedung Tahir Foundation Pascasarjana FK-KMK UGM. Acara ini terselenggara melalui kerja sama dengan Academic Health System Universitas Gadjah Mada (AHS UGM) sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas hidup pasien psoriasis dan vitiligo melalui pendekatan komunitas.
Kegiatan dibuka dengan kelas relaksasi dan pengelolaan stres yang dipandu oleh tim Wellness Tourism RSA UGM. Dalam sesi ini, peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk mengikuti Modified Relaxation Therapy Class yang dipandu oleh mentor. Aktivitas ini bertujuan membantu pasien mengenali pemicu stres sekaligus memberikan strategi praktis untuk mengelola kondisi emosional mereka.
Koordinator Pengabdian kepada Masyarakat Departemen Dermatologi dan Venereologi FK-KMK UGM, dr. Alessandro Alfieri, M.Med.Sc., Sp.D.V.E, menekankan pentingnya menghadirkan kegiatan berbasis komunitas. “Kami ingin tidak hanya bertemu bapak-ibu di poliklinik ataupun di rumah sakit saja, tetapi kami ingin bisa bergabung di tengah-tengah bapak-ibu di komunitas ini supaya kita bisa meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bersama,” ujarnya.
Mini Gathering KOMPAK sendiri telah berjalan sebanyak tiga kali sejak 2024 hingga 2025. Hal ini disampaikan oleh dr. Arief Budiyanto, Sp.D.V.E., Subsp O.B.K., Ph.D selaku Koordinator Kawan KOMPAK. “Kegiatan Pengabdian Masyarakat Mini Gathering KOMPAK ini yang ketiga kalinya. Karena di tahun 2024, kita sudah pernah melakukan selama dua kali di Gedung Radioputro. Di tahun 2025 ini ada perbedaan karena kita memperluas jejaring dari AHS. Kalau tahun 2024 hanya fokus pasien Rumah Sakit Sardjito, kini kita menjangkau lebih luas,” terang dr. Arief.
Program Peningkatan Kualitas Hidup Orang dengan Autoimun melalui Pemberdayaan Komunitas (KOMPAK) ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan dukungan multidisiplin, mengingat penyakit autoimun sering muncul berulang dan dipicu oleh stres. Oleh karena itu, kegiatan ini melibatkan pasien, tenaga kesehatan, dokter, serta keluarga sebagai pendamping utama. Peserta berasal dari berbagai daerah, mulai Sleman, Gunungkidul, Kulon Progo, Klaten, Temanggung, hingga wilayah jejaring AHS UGM. Selain sesi relaksasi, peserta juga mendapatkan edukasi mengenai perawatan kulit yang sesuai dengan kondisi mereka.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan ruang berbagi bagi pasien dan keluarga, tetapi juga menjadi sarana nyata dalam mendorong kualitas hidup yang lebih baik bagi penderita autoimun. Inisiatif ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera tentang menjamin kehidupan sehat dan mendukung kesejahteraan semua orang di segala usia, SDG 4: Pendidikan Berkualitas melalui peningkatan literasi kesehatan, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui kolaborasi lintas sektor. (Humas/Sitam).




