FK-KMK UGM. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan sesi pertama dari Seri Webinar Lean Management bertajuk “Konsep Lean, Peran Standar dan Analisis Pemborosan dalam Implementasi Lean Management” secara daring pada Rabu, 16 Juli 2025. Kegiatan ini menghadirkan Dr. Firman, MPH sebagai narasumber utama.
Dalam sesi pemaparan, Dr. Firman menjelaskan bahwa konsep Lean Management hadir sebagai pendekatan strategis untuk meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan dengan mengurangi pemborosan, serta memperbaiki alur kerja secara berkelanjutan. Lean bukan hanya soal manajemen internal, namun juga berkaitan langsung dengan mutu layanan klinis, termasuk bagi pasien kemoterapi dan pasca operasi. Ia menekankan bahwa Lean perlu diterapkan secara konsisten agar menjadi budaya organisasi melalui continuous improvement.
Disebutkan pula bahwa Lean dapat mengatasi berbagai persoalan umum di fasilitas kesehatan seperti keterlambatan klaim, keterbatasan tempat, miskomunikasi antar unit, hingga kurangnya tenaga kerja. Studi kasus dari Royal Bolton Hospital bahkan menunjukkan bahwa penerapan Lean dapat meningkatkan Return of Investment (ROI) hingga 200% hanya dalam empat bulan.
Salah satu prinsip utama Lean adalah penciptaan value (nilai tambah) dan pengurangan waste (pemborosan). Waste yang dimaksud antara lain kesalahan prosedur (defect), waktu tunggu, pemanfaatan staf yang tidak optimal, hingga tindakan medis yang tidak relevan bagi pasien. Analisis pemborosan dilakukan dengan pendekatan berbasis data, dimulai dari observasi, pengolahan data, hingga evaluasi efisiensi melalui indikator seperti value added ratio.
Sesi diskusi pun berlangsung interaktif. Indah Nur Fitriyana mempertanyakan strategi awal dalam penerapan Lean, yang dijawab dengan pentingnya sosialisasi dan perubahan pola pikir sejak awal di setiap instalasi. Sementara dr. Andreas menyinggung keterkaitan Lean dengan mutu dan keselamatan pasien. Lean, menurut Firman, dapat menjadi indikator mutu karena berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasien yang dilakukan secara terus-menerus. Peserta dari RS Elisabeth menanyakan strategi keberhasilan implementasi Lean dari manajemen atas hingga unit terkecil, yang dijawab dengan pentingnya dukungan top management dan peran middle manager sebagai pengontrol.
Menutup sesi, Afif Riyanto bertanya tentang pembentukan tim Lean. Dr. Firman menyarankan agar tim beranggotakan 3–5 orang sesuai kebutuhan masing-masing unit, serta dibentuk berdasarkan kemampuan menyampaikan kebutuhan di bidangnya. Sosialisasi dan pembentukan budaya kerja Lean menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.
Webinar ini menjadi bagian dari upaya PKMK UGM untuk memperkuat kapasitas manajerial rumah sakit menuju pelayanan yang efisien, aman, dan berorientasi pada pasien. Kegiatan ini juga mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Kontributor: Bestian Ovilia Andini).