FK-KMK UGM. Staf Departemen Dermatologi dan Venereologi FK-KMK UGM turut mendukung penguatan kapasitas tenaga kesehatan di daerah. Kegiatan ini diwujudkan melalui penyuluhan bertema “Update Knowledge Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)” yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul pada Rabu, 18 Juni 2025.
Dalam kegiatan yang diikuti oleh tenaga kesehatan dari berbagai fasilitas pelayanan kesehatan primer tersebut, dr. Alessandro Alfieri, M.Med.Sc., Sp.D.V.E bertindak sebagai narasumber utama. Materi penyuluhan berfokus pada pembaruan pengetahuan seputar diagnosis dan tatalaksana penyakit IMS sesuai dengan panduan klinis terkini, agar layanan kesehatan reproduksi di tingkat masyarakat semakin efektif dan berbasis bukti.
dr. Alessandro menjelaskan bahwa IMS merupakan kelompok penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual, transfusi darah, maupun transmisi vertikal dari ibu ke anak. Gejala yang timbul sangat bervariasi, mulai dari keluarnya cairan, lesi pada kulit, hingga pertumbuhan jaringan abnormal di area genital. Untuk itu, pendekatan diagnosis harus mencakup penggalian riwayat perilaku seksual dan pemeriksaan laboratorium yang memadai.
Ia juga menekankan pentingnya strategi pengobatan yang tepat sasaran, termasuk pemilihan jenis antimikroba serta pemberian terapi berbasis risiko. Materi turut membahas inovasi seperti DoxyPEP dan Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP) sebagai upaya pencegahan tambahan, khususnya pada populasi berisiko tinggi. Sebagai solusi bagi keterbatasan infrastruktur di daerah, dr. Alessandro mengenalkan Point-of-Care Testing (POCT), yang memungkinkan deteksi IMS secara cepat dan efisien di layanan primer.
Kehadiran FK-KMK UGM dalam kegiatan ini mencerminkan komitmen institusi dalam membangun jejaring pengetahuan yang kuat antara akademisi dan pelaksana layanan di lapangan. Penyuluhan ini tidak hanya meningkatkan kapasitas teknis tenaga kesehatan, tetapi juga memperkuat sistem deteksi dini dan penanggulangan IMS di masyarakat.
Kegiatan ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera melalui peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan seksual dan reproduksi, serta SDG 4: Pendidikan Berkualitas dengan mendorong pengembangan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan secara berkelanjutan.
Upaya ini juga memperkuat kolaborasi antara akademisi dan pemerintah daerah dalam mempercepat pencapaian layanan kesehatan yang inklusif dan setara bagi seluruh lapisan masyarakat, sehingga sejalan dengan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Kontributor: Widya Khairunnisa Sarkowi).