FK-KMK UGM. Unit Multimedia – INAHEALTH Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) menyelenggarakan sesi edukatif “Hai Dok!” pada Rabu (26/06), yang diadakan secara siaran langsung melalui platform YouTube. Pada episode kali ini, narasumber utama adalah dr. Alessandro Alfieri, M.Sc., Sp.D.V.E., seorang dokter spesialis kulit dan kelamin, yang membawakan topik penting seputar sifilis—salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang kerap luput dari perhatian masyarakat namun berpotensi menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera ditangani.
Sesi ini bertujuan memberikan edukasi menyeluruh terkait pengenalan sifilis, gejala, cara penularan, metode pengobatan, hingga upaya pencegahannya. Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, yang umumnya menyebar melalui kontak seksual, dan dalam beberapa kasus melalui darah. Gejala awal berupa luka tanpa nyeri sering kali tidak disadari penderitanya, membuat penyakit ini bisa berkembang ke tahap laten hingga tersier, menyerang organ vital seperti otak, jantung, dan mata.
dr. Alessandro mengungkapkan bahwa data terbaru menunjukkan peningkatan signifikan kasus sifilis di kalangan usia muda 15–24 tahun, termasuk penularan dari ibu ke janin. Ia juga menegaskan pentingnya deteksi dini, pemeriksaan rutin, serta pengobatan tepat dengan injeksi penicillin yang tersedia di berbagai fasilitas kesehatan, termasuk layanan BPJS. Dalam sesi ini juga dibahas beberapa mitos yang keliru tentang sifilis, serta pentingnya dukungan sosial tanpa stigma terhadap para penderita.
Diskusi semakin menarik dengan penjelasan mengenai keterkaitan sifilis dan HIV, serta peran penting pasangan dalam proses penyembuhan dan pencegahan penularan. Program Triple Eliminasi yang diterapkan di Puskesmas menjadi langkah strategis pemerintah dalam mencegah penularan sifilis kongenital.
Melalui edukasi ini, FK-KMK UGM menunjukkan kontribusi aktif dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), terutama SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Penyebarluasan informasi kesehatan berbasis bukti seperti ini merupakan wujud nyata peran institusi akademik dalam meningkatkan literasi kesehatan dan mendorong masyarakat agar lebih peduli terhadap isu-isu kesehatan reproduksi. (Humas/Sitam).