FK-KMK UGM. Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menyelenggarakan seminar rutin Raboan dengan topik “Komunikasi Kesehatan dan Tantangan Etika: Membangun Dialog yang Bertanggung Jawab”. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara daring melalui Zoom pada Rabu (19/3/2025), untuk memberikan wawasan terkait komunikasi kesehatan yang efektif antara tenaga kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien.
Dosen Fakultas Kedokteran sekaligus Kepala Divisi Bioetik dan Hukum Kesehatan Universitas Pasundan, dr. Steffi Rifasa, M.H., membuka sesinya sebagai narasumber dengan menyampaikan bahwa masalah bioetika adalah yang biasa dijumpai oleh tenaga kesehatan yang berpraktik di fasilitas kesehatan pertama maupun tingkat lanjut. Hal itu berkaitan dengan persetujuan keputusan yang diberikan oleh pasien dan keluarga pasien atas penjelasan yang diberikan oleh tenaga medis tentang kondisi kesehatan pasien.
Namun, seringkali, tenaga kesehatan menemukan hambatan dalam mengkomunikasikan kondisi pasien kepada pasien dan keluarganya. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi yang efektif antara kedua pihak, sehingga tercipta perspektif yang sama saat menentukan keputusan untuk menghasilkan sebuah solusi dalam dilema etika.
“Apabila kita dapat memecahkan sebuah alur komunikasi antara tenaga kesehatan dan pasien, harapannya pasien akan membuat sebuah jembatan untuk menyelesaikan atau berkonsultasi terkait permasalahan bioetika yang dihadapi, sehingga kita mencapai tujuan yang sama, baik antara tenaga kesehatan maupun dari pasien itu sendiri,” kata dr. Steffi.
Kepala Sub-Divisi Kemitraan Fakultas Kedokteran Universitas Pasundan itu melanjutkan, untuk mencapai derajat tertinggi dari komunikasi efektif, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyampaikan pesan kepada lawan bicara, yaitu REACH—Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble. Dalam penjelasannya terkait REACH, dr. Steffi merangkum bahwa tenaga kesehatan harus menempatkan pasien dalam hubungan yang saling menghormati (Respect), menempatkan diri sesuai dengan kondisi pasien (Empathy), memiliki cara berbicara yang jelas kepada pasien (Audible), menyampaikan isi pesan yang dapat dipahami oleh pasien (Clarity), dan tidak menempatkan diri sebagai orang yang lebih tahu daripada pasien (Humble).
“Harapannya, seorang tenaga kesehatan yang memahami tentang bioetika akan lebih mudah untuk bisa mengatasi permasalahan-permasalahan terkait isu etika. Jadi, apabila seorang tenaga kesehatan menghadapi isu-isu etik yang kompleks, mereka tahu tentang aspek etika, aspek bioetika, yang memungkinkan mereka bisa menentukan keputusan yang mengikuti kode etik,” tutup dr. Steffi.
Seminar rutin Raboan FK-KMK UGM merupakan bagian dari upaya FK-KMK UGM dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), utamanya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. (Penulis: Citra/Humas).