FK-KMK UGM. Dua mahasiswa Magister Ilmu Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menjalani program magang di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Cibinong. Kegiatan yang berlangsung sejak 15 hingga 31 Januari 2025. Kedua mahasiswa tersebut adalah Neisy Arysta dan Miftahul Nurun Nisa. Mahasiswa ini di bawah bimbingan April Hari Wardhana, SKH., M.Si., Ph.D., yang juga merupakan dosen tamu di program studi mereka sekaligus peneliti di BRIN Cibinong.
Kegiatan magang ini berfokus pada penelitian ekstraksi DNA cacing sebagai bagian dari upaya penguatan riset biomedis dan pengendalian penyakit tropis. Dalam wawancara dengan tim media, Neisy Arysta menyampaikan bahwa pengalaman ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengasah keterampilan laboratorium dengan metode mutakhir. “Kami mempelajari berbagai teknik ekstraksi DNA cacing yang nantinya dapat diaplikasikan dalam penelitian penyakit tropis berbasis molekuler. Ilmu yang diperoleh di UGM kini dapat kami praktikkan secara langsung di laboratorium BRIN.”
Sementara itu, Miftahul Nurun Nisa menambahkan bahwa selain keterampilan laboratorium, mereka juga mendapatkan wawasan baru terkait teknologi sekuensing DNA serta penerapannya dalam studi epidemiologi molekuler. “Bekerja langsung dengan para peneliti BRIN membuka wawasan kami mengenai inovasi dalam penelitian penyakit tropis. Kami juga belajar pentingnya kolaborasi antara akademisi dan lembaga riset nasional untuk menghasilkan riset yang berdampak luas,” katanya.
Magang ini diharapkan dapat menjadi model kolaborasi yang memperkuat kapasitas akademik mahasiswa serta mendorong penelitian berbasis solusi terhadap permasalahan kesehatan tropis. Selain itu, kegiatan ini juga sejalan dengan upaya UGM dalam meningkatkan daya saing lulusannya melalui pengalaman riset langsung di institusi terkemuka seperti BRIN.
Dengan semakin kompleksnya tantangan kesehatan global, keahlian dalam biologi molekuler dan pemetaan genetik patogen menjadi aspek krusial dalam bidang kedokteran tropis. Melalui program magang ini, diharapkan akan lahir generasi peneliti muda yang mampu memberikan solusi berbasis sains untuk mendukung kesehatan masyarakat yang lebih baik.
April Hari Wardhana, selaku pembimbing, menegaskan bahwa kegiatan magang ini merupakan bagian dari sinergi antara institusi akademik dan lembaga riset guna mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera. “Riset mengenai DNA cacing sangat relevan dalam upaya pengendalian infeksi parasit yang masih menjadi masalah kesehatan di daerah tropis, termasuk Indonesia. Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya memperoleh pengalaman praktis, tetapi juga turut berkontribusi dalam pengembangan ilmu yang mendukung kebijakan kesehatan nasional dan global,” jelas April.
Selain itu, kegiatan magang mahasiswa di institusi yang relevan juga sejalan dengan SDG 4: Pendidikan Berkualitas. Hal ini dapat menjadikan mahasiswa mendapat perbaruan ilmu terkait materi yang diikuti. Adanya magang oleh mahasiswa juga mencerminkan adanya kesetaraan dalam pendidikan, sehingga sesuai dengan SDG 5: Kesetaraan Gender. Kegiatan magang ini juga berpotensi untuk berkolaborasi dalam penelitan, sehingga sesuai dengan SGD 17: Kemitraan untuk Mencapat Tujuan. (Penulis: Fikri Wahiddinsyah. Editor: Nur Aziz)