Remaja Perkotaan dan Pedesaan Sama Rentannya terhadap Risiko Gigi Berlubang

FK-KMK UGM. Penelitian yang terpusat di Health and Demographic Surveillance System (HDSS) yang diketuai oleh Bambang Priyono FK-KMK UGM mengungkapkan bahwa tempat tinggal dan kondisi sosio-ekonomi orang tua tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap risiko gigi berlubang pada remaja di Kabupaten Sleman. Penelitian ini melibatkan 275 remaja berusia 13-15 tahun dari berbagai wilayah perkotaan dan pedesaan.

Dari data yang dikumpulkan melalui survei analitik, ditemukan bahwa meskipun prevalensi gigi berlubang cukup tinggi di kedua wilayah (70,7% di perkotaan dan 81,95% di pedesaan), tidak ada perbedaan signifikan antara kondisi sosial ekonomi orang tua dengan risiko gigi berlubang pada remaja. Faktor seperti perilaku dan kebiasaan makan lebih dominan dalam memengaruhi risiko karies gigi daripada lokasi tempat tinggal atau status ekonomi keluarga.

Peneliti menyimpulkan bahwa faktor perilaku seperti konsumsi makanan manis dan pengetahuan tentang kesehatan gigi lebih relevan dalam menentukan kesehatan mulut remaja. Selain itu, akses ke layanan kesehatan gigi yang memadai juga menjadi faktor penting. Oleh karena itu, upaya pencegahan gigi berlubang harus lebih fokus pada edukasi tentang kebersihan gigi dan pola makan yang sehat sejak dini.

Penelitian ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 10: Pengurangan Kesenjangan, dan SDG 11: Pembangunan Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan gigi tidak dapat diselesaikan hanya dengan memperhatikan faktor tempat tinggal atau ekonomi, tetapi membutuhkan pendekatan menyeluruh dalam edukasi kesehatan dan peningkatan akses ke layanan kesehatan gigi untuk semua remaja. (Kontributor:Wing Ma Intan & Naufal Farah Azizah/Editor:Sitam/Ilus:AI).