Kuliah Tamu: Wolbachia sebagai Inovasi dalam Pengendalian DBD dan Penyakit Arbovirus Lainnya

FK-KMK UGM. Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK), Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan Kuliah Tamu bertajuk The Public Health Impact of Wolbachia-Infected Aedes aegypti in Reducing Dengue: Evidence from World Mosquito Program Sites. Kegiatan ini diadakan pada Rabu, 9 Oktober 2024 di Auditorium FK-KMK UGM.

Kuliah Tamu ini diberikan oleh Katie Anders, M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Pengkajian Dampak di World Mosquito Program (WMP) dan dipandu oleh dr. Citra Indriani, MPH selaku dosen di Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi. Dalam kesempatan ini, Dr. Anders membagikan kuliah dengan tema “Scaling up implementation of Wolbachia mosquito releases for the sustainable control of dengue and other arboviral disease”.

Dalam sesi kuliah ini, Dr. Anders  memaparkan bahwa demam dengue atau biasa dikenal dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu infeksi yang penyebarannya diperantarai oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini merupakan salah satu ancaman kesehatan global menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) dengan lebih dari 4 miliar orang di 120 negara berisiko terinfeksi DBD. Tak hanya membawa DBD, Aedes aegypti juga membawa berbagai penyakit infeksi lain seperti chikungunya, zika, dan demam kuning atau yellow fever.

Dr. Anders mengungkapkan, bahwa pendekatan untuk mengatasi DBD dan infeksi arbovirus lainnya dapat dilakukan dengan mengontrol vektornya yaitu Aedes aegypti, salah satunya dengan melakukan penyemprotan. Namun hal tersebut tidak bertahan lama karena begitu efek dari penyemprotan hilang, maka jumlah Aedes aegypti akan meningkat lagi. Oleh karena itu, perlu pendekatan baru untuk mengatasi permasalahan ini, salah satunya dengan menggunakan bakteri Wolbachia.

“Wolbachia adalah bakteri yang bersifat endosimbiotik pada serangga, tidak membahayakan nyamuk, manusia, hewan, maupun lingkungan,” ujar Dr. Anders. Wolbachia diinjeksikan ke telur nyamuk Aedes aegypti sehingga nyamuk yang menetas membawa bakteri ini secara alami dan menurunkan kemampuan mereka menyebarkan virus.

Dr. Anders juga menyampaikan bahwa salah satu keunggulan metode ini adalah keberlanjutannya. Berbeda dengan penyemprotan insektisida yang hanya efektif sementara, nyamuk yang mengandung Wolbachia dapat mengurangi transmisi virus secara terus-menerus karena bakteri tersebut diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Solusi ini telah terbukti efektif untuk mengurangi DBD dan infeksi arbovirus lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa Wolbachia dapat menekan penyebaran virus DBD, Zika, chikungunya, dan demam kuning dengan mengurangi potensi infeksi pada nyamuk, mengurangi diseminasi infeksi, mengurangi potensi transmisi, serta memperpanjang masa inkubasi virus atau extrinsic incubation period  (EIP). Pendekatan berbasis Wolbachia ini menjadi harapan baru dalam pengendalian penyakit yang dibawa oleh Aedes aegypti, terutama di daerah-daerah endemik seperti Indonesia.

Kegiatan ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs, terutama pada tujuan 3 Kehidupan Sehat dan Sejahtera, tujuan 9 Industri Inovasi dan Infrastruktur, dan tujuan 15 Ekosistem Daratan. (Reporter: Fauziah Nurhasanah)