Tuberkulosis: Tantangan Nyata Diagnostik dan Terapeutik pada Penerima Transplantasi Ginjal

FK-KMK UGM. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia. Di Indonesia, TB masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius karena tingginya angka prevalensi dan insidensi. TB dapat menyerang siapa saja, termasuk mereka yang memiliki sistem imun lemah, seperti penerima transplantasi ginjal. Gejala TB bisa bervariasi, mulai dari batuk kronis, demam, penurunan berat badan, hingga kelelahan.

Tim dokter penyakit dalam dari Universitas Gadjah Mada, baru-baru ini menulis sebuah makalah ilmiah dengan judul “Diagnostic and therapeutic challenges of tuberculosis in kidney transplant recipients; a case series study“. Makalah ini mengungkapkan bahwa infeksi TB pasca-transplantasi ginjal dengan penggunaan obat imunosupresan masih kurang dilaporkan dan menjadi tantangan dalam diagnosis serta terapi. Makalah ini mempresentasikan beberapa kasus infeksi TB pasca-transplantasi ginjal dengan gejala yang tidak biasa dan hasil klinis yang berbeda-beda. Interaksi antara pengobatan TB dan pengobatan imunosupresan memerlukan perhatian khusus untuk menghindari kegagalan allograft ginjal dan penolakan.

Publikasi makalah ini memberikan kontribusi signifikan terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals – SDGs), khususnya pada poin nomor 3 yang menekankan pada kesehatan yang baik dan kesejahteraan. Dengan meningkatkan kesadaran klinisi dan pembuat kebijakan, terutama di negara-negara endemik, tentang interaksi antara pengobatan TB dan imunosupresan, makalah ini mendukung upaya global dalam mengurangi beban TB. Ini adalah langkah penting dalam mencapai target global untuk mengakhiri epidemi TB dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan untuk semua, sesuai dengan cita-cita SDGs. (Penulis: dr. Siti Nur Rohmah, Sp.PD. Editor: Josephine Diony Nanda)