Mahasiswa UGM Mengolah Umbi Suweg Menjadi Postbiotik untuk Mengatasi Diabetes Melitus Tipe 2

FK-KMK UGM. Tim Paenbio Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Gadjah Mada dari bidang Riset Eksakta melakukan penelitian berupa inovasi pembuatan postbiotik sebagai alternatif dari pengembangan prebiotik. Pengembangan prebiotic menjadi produk postbiotik dapat meningkatkan populasi bakteri penghasil butirat pada saluran cerna individu penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT 2).

Penelitian pembuatan postbiotik ini dilakukan oleh Tim PKM Paenbio yang beranggotakan lima mahasiswa dari tiga fakultas di UGM, yaitu Divara Hana Vania (FK-KMK), Maulana Sabrang Amirullah (FK-KMK), Vanessa Amelia Ananta (FTP), Tania Putri Widiastuti (Farmasi), dan Aqiilah Naurah Rahmi (Farmasi), serta dibimbing langsung oleh dosen dari FK-KMK, yaitu Dr. Rio Jati Kusuma, S. Gz., MS.

Postbiotik merupakan produk hasil metabolisme mikroorganisme yang dibuat dengan mengikatkan karbohidrat dan senyawa butirat. Produk postbiotik dapat dibuat menggunakan bahan pangan yang tinggi akan kandungan karbohidrat, misalnya umbi-umbian.

Tim Paenbio memanfaatkan pangan lokal berupa umbi suweg sebagai bahan dasar pembuatan postbiotik. Umbi suweg (Amorphophallus paeoniifolius) memiliki indeks glikemik yang rendah sehingga cocok untuk dikonsumsi oleh penderita DMT2. Selain itu, umbi suweg juga berpotensi untuk diolah menjadi postbiotik karena memiliki kandungan pati resisten yang tinggi dan kaya akan serat glukomanan.

Pembuatan postbiotik diawali dengan mengekstrak pati dari umbi suweg, kemudian dilakukan pengikatan dengan butirat. Keberhasilan pengikatan ini diuji menggunakan titrasi dan analisis Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). Postbiotik yang telah berhasil dibuat kemudian diberikan kepada hewan coba dan diamati efek pemberiannya.

Hasil analisis menunjukkan bahwa postbiotik telah berhasil memberikan manfaat kesehatan bagi tikus yang diinduksi DMT2. Hal tersebut ditandai dengan adanya penurunan signifikan dari kadar glukosa darah, kolesterol, trigliserida, dan LDL, serta peningkatan kadar HDL. Hasil analisis menggunakan qPCR dan Ribosomal Intergenic Spacer Analysis (RISA) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan bakteri penghasil butirat dan peningkatan keragaman bakteri pada saluran cerna tikus yang diberikan postbiotik.

Selain itu, hasil analisis menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar asam lemak rantai pendek jenis butirat, propionat, dan asetat pada tikus yang diberikan postbiotik. Oleh karena itu, produk postbiotik dari Tim PKM Paenbio telah terbukti dapat memberikan manfaat kesehatan dalam manajemen kondisi DMT2.

Saat ini, masyarakat masih berpikir bahwa terapi farmakologis menggunakan obat menjadi satu-satunya cara untuk menangani DMT2, padahal beberapa terapi non-farmakologis seperti terapi gizi dan pengaturan aktivitas fisik juga berpengaruh dalam manajemen kondisi DMT2. Namun sayangnya, hingga saat ini, terapi gizi untuk DMT2 masih berfokus pada pengaturan zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak, dan protein tanpa memperhatikan kondisi disbiosis mikrobiota.

Pemberian prebiotik sebenarnya dapat membantu untuk mengatasi kondisi dysbiosis mikrobiota saluran cerna pada penderita DMT2. Akan tetapi, efek keberhasilannya bergantung pada tipe bakteri saluran cerna yang dimiliki oleh masing-masing individu. Hal ini menyebabkan kemampuan prebiotik belum signifikan dalam mengatasi kondisi DMT2. Maka dari itu, dibutuhkan suatu alternatif pengembangan prebiotik yang mampu meningkatkan populasi bakteri penghasil butirat pada saluran cerna individu penderita DMT2.

Penelitian berupa inovasi pembuatan postbiotik yang dilaksanakan oleh tim Paenbio Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Gadjah Mada dari bidang Riset Eksakta ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya SDGs 3 Kehidupan Sehat dan Sejahtera dan SDGs 4 Pendidikan Berkualitas. (Kontributor: PKM Tim Paenbio UGM).