FK-KMK UGM. Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM melaksanakan TropMedTalk edisi Februari 2024 bertajuk “Petugas KPPS Pemilu 2024: Jaga Kesehatan di tengah Kesibukan” pada Rabu (14/2) melalui kanal Youtube Pusat Kedokteran Tropis.
Dalam agenda ini, dr. Ahmad Watsiq Maula, MPH, dosen Departemen Biostatistik, Epidemiologi dan Kesehatan Populasi FK-KMK UGM hadir menjadi narasumber. dr. Ahmad menyampaikan bahwa menyikapi meninggalnya anggota KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) lima tahun yang lalu, UGM telah melakukan investigasi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Investigasi dilakukan dalam kolaborasi FK-KMK, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (fisipol) dan Fakultas Psikologi.
Metode yang digunakan dalam investigasi adalah “verbal autopsy” dengan melakukan wawancara mendalam kepada kerabat, keluarga atau petugas medis yang sempat merawat korban meninggal. “Hasilnya, hampir semua korban meninggal karena penyakit,” jelas dr. Ahmad. Penyakit-penyakit tersebut, lanjutnya, seperti stroke dan serangan jantung. Namun, selain sudah mempunyai penyakit penyerta, ada hal teknis yang menjadi pemicu dan mengakibatkan kematian, yaitu kelelahan.
Kelelahan yang dimaksud dr. Ahmad dipicu oleh jam kerja petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang berlebih. Tidak hanya di hari pelaksanaan pemilu, mereka telah melakukan banyak hal sejak waktu persiapan. Kemudian di hari pelaksanaan mereka bekerja sejak pagi hingga malam. Belum lagi terkadang terjadi hal-hal tak terduga yang menimbulkan kebingungan dan menuntut mereka melakukan koordinasi tambahan seperti surat suara yang kurang, data daftar pemilih tetap (DPT) yang tidak sinkron dan lain-lain.
Berharap kejadian serupa tak terulang kembali, dr. Ahmad mengapresiasi langkah Komisi Pemilihan Umum (KPU) DIY. Pada pemilu kali ini, surat keterangan sehat menjadi syarat pendaftaran anggota KPPS. Batas usia anggota pun dibatasi maksimal 55 tahun. Selain itu, KPU juga mengadakan bimbingan teknis yang wajib diikuti oleh semua anggota KPPS. Hal ini untuk meminimalisir kebingungan saat berlangsungnya pemungutan dan penghitungan suara.
Lebih lanjut tentang skrining kesehatan, KPU DIY telah bekerjasama dengan beberapa universitas yang memiliki fakultas kesehatan, salah satunya UGM, untuk membuat layanan e-screening yang dapat diakses oleh petugas kesehatan agar dapat mengetahui kondisi kesehatannya. Layanan tersebut dapat diakses sebelum pemilu untuk mengetahui faktor risiko dan hari H atau setelahnya untuk menapis kedaruratan. Jika keluhan kesehatan yang dialami dapat diketahui dan ditangani lebih dini, diharapkan tidak berakhir pada fatalitas.
Meski demikian, dr. Ahmad tetap mengimbau kepada seluruh petugas KPPS yang akan bertugas besok untuk dapat menakar kondisi kesehatannya sendiri. “Jam istirahat harus cukup,” pesannya. Kemudian jika sudah menyadari memiliki penyakit penyerta, yang bersangkutan diimbau untuk menghindari mengonsumsi makanan yang dapat memicu keparahan penyakitnya. “Kalau memiliki riwayat penyakit jantung ya jangan minum kopi berlebih,” sebut dr. Ahmad mencontohkan.
Menyiapkan kondisi tubuh agar tetap dalam keadaan prima juga menjadi salah satu hal yang penting. Tugas yang akan dijalankan oleh para petugas KPPS bisa jadi akan menuntut mereka untuk bekerja lembur. Bagi petugas yang tidak biasa tentu bisa mengagetkan dan berdampak negatif bagi kesehatan. dr. Ahmad mengimbau agar petugas KPPS menjaga kondisi tubuhnya dengan menjalankan olahraga-olahraga ringan sebelum hari pelaksanaan pemilu.
Imbauan juga disampaikan kepada keluarga atau kerabat petugas KPPS. Salah satu yang harus dilakukan adalah memastikan anggota KPPS mendapat kesempatan untuk beristirahat seusai mereka menjalankan tugas. “Ketika mereka pulang dari TPS, jangan langsung ditanya-tanya,” pesan dr. Ahmad. Ia juga mengimbau agar keluarga atau kerabat turut mengawasi jika ada gejala-gejala yang tidak lazim pada anggota KPPS. Imbauan secara umum juga disampaikan oleh dr. Ahmad kepada seluruh masyarakat yang menggunakan hak suaranya. “Jangan salah memasukkan surat suara ke kotak yang semestinya,” pesannya. Itu salah satu hal yang menyebabkan anggota KPPS bekerja ekstra karena harus menghitung ulang surat suaranya. (Nirwana/Reporter)