Pengukuhan Dekan FK-KMK UGM menjadi Guru Besar

FK-KMK UGM. Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH, Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Kebijakan dan Manajemen Kesehatan setelah pengukuhan yang dilaksanakan pada Kamis (7/12) di Balai Senat Lantai 2 Gedung Pusat UGM.

Melalui penelitian yang berjudul “Kesiapan Institusi Pendidikan Tinggi untuk Mendukung Pemanfaatan Eviden dalam Kebijakan dan Praktik Kesehatan”, Prof. Yodi kini menjadi salah satu dari 68 Guru Besar aktif yang ada di FK-KMK UGM.

Eviden penelitian dapat diartikan sebagai hasil penelitian yang telah dilakukan secara sistematis dan dilaporkan secara transparan, serta dapat didasarkan pada penelitian primer atau sekunder. Menurut Prof. Yodi, pemanfaatan eviden yang baik dalam kebijakan kesehatan membantu memastikan bahwa pengambilan keputusan didasarkan pada pemahaman yang kuat mengenai permasalahan yang ada, sehingga menghasilkan kebijakan kesehatan yang lebih berpotensi mencapai tujuan yang diinginkan dan bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.

Tingkat kesiapan institusi pendidikan sangat menentukan kemampuan menyikapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pemanfaatan eviden. Pandemi Covid-19 mengungkap ketidaksiapan tersebut. “Pada saat itu institusi pendidikan menghadapi dilema dalam memberikan rekomendasi kebijakan karena eviden hasil penelitian belum banyak terpublikasi dan data untuk melakukan pemodelan belum banyak didapatkan,” jelas Prof. Yodi.

Pengukuhan Prof. dr. Yodi Mahendradhata sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, serta fokus penelitiannya pada pemanfaatan eviden dalam kebijakan kesehatan, memperlihatkan komitmen kuat terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan nomor 17: “Kemitraan untuk Mencapai Tujuan”. Penelitian Prof. Yodi menekankan pentingnya kerjasama antara institusi pendidikan tinggi, pemangku kepentingan kesehatan, dan pembuat kebijakan dalam mengintegrasikan eviden ilmiah ke dalam kebijakan dan praktik kesehatan. Pendekatan ini mencerminkan esensi dari SDG 17 yang mengadvokasi untuk penguatan sarana pelaksanaan dan revitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan. Dengan menggalang kerjasama yang erat antara akademisi dan pembuat kebijakan, penelitian Prof. Yodi berkontribusi pada terwujudnya kebijakan kesehatan yang informasi dan berbasis bukti, mendukung tercapainya kesehatan yang lebih baik dan lebih adil bagi semua.

Dari pengalaman ini dapat diketahui bahwa peran institusi pendidikan dalam memberikan rekomendasi kebijakan melalui eviden penelitian sangat penting. Namun, pengetahuan tentang pemanfaatan eviden dan bagaimana melakukannya masih kurang sehingga dukungan kelembagaan pun tidak maksimal. Hal tersebut berdampak pada terbatasnya SDM dan pendanaan.

Pada akhir pidatonya Prof. Yodi mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 dapat menjadi peristiwa pemicu dalam konteks pelembagaan upaya pemanfaatan eviden penelitian. Institusi pendidikan perlu memanfaatkan momentum ini untuk mendorong pemanfaatan eviden dalam kebijakan dan praktik kesehatan. (Nirwana/Reporter. Editor: Nur Ayu Fitriani)