Upaya Mempertahankan Kesuburan Pasca Pengobatan Kanker

FK-KMK UGM. Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM melaksanakan seminar online dengan topik “Installing Fertility Preservation Programme on Limited Settings” pada Senin (7/8) melalui zoom meeting.

Associate Professor Mahmud Salama OBGYN MBBCh, M.Sc., MD., Ph.D dari Michigan University dan dr. Agung Dewanto, Sp.O.G, Subsp. F.E.R., Ph.D dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-KMK UGM hadir sebagai pembicara seminar.

Fertility preservation adalah prosedur yang digunakan untuk membantu menjaga kemampuan seseorang untuk memiliki anak. Prosedur pelestarian kesuburan dilakukan sebelum perawatan medis yang dapat menyebabkan kemandulan, seperti terapi radiasi atau kemoterapi.

Menurut dr. Agung, prosedur fertility preservation di Indonesia harus melalui kerangka hukum yang meliputi perjanjian fasilitas administrasi/hukum, otorisasi dan akreditasi, serta persetujuan etik untuk aspek yang dianggap penelitian.

Terkait dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3, yaitu Good Health and Wellbeing, serta SDGs nomor 4, yaitu Quality Education. Seminar online yang dilaksanakan oleh Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi FK-KMK UGM dengan topik “Installing Fertility Preservation Programme on Limited Settings” membahas aspek penting dalam bidang kesehatan reproduksi dan pendidikan kesehatan.

Associate Prof. Mahmud mengatakan bahwa fertility preservation muncul karena kesuburan wanita bisa berkurang karena beberapa hal, penyebab paling banyak adalah usia dan pengobatan penyakit kanker. “Kemoterapi dan radioterapi menjadi 2 jenis pengobatan yang efeknya paling besar,” tambahnya.

Jenis kanker selama masa reproduksi wanita yang membutuhkan pengobatan sitotoksik agresif antara lain kanker payudara, kanker serviks, leukemia, limfoma, kanker otak, serta kanker tulang. Oleh karena itu, ketika seseorang terindikasi akan kehilangan jumlah sel telur atau sel sperma karena kemoterapi dan radioterapi, mereka sebaiknya segera melakukan fertility preservation sebelum pelaksanaan terapi.

Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya berkontribusi pada upaya menjaga kesehatan dan keselamatan reproduksi, tetapi juga dalam meningkatkan kualitas pendidikan kesehatan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. (Nirwana/Reporter. Editor: Etsa Surya Putriana)