Mahasiswa FK-KMK UGM Berbagi Tips Lomba Debat

FK-KMK UGM. Angeline Laurenita Kurniawati (Gizi Kesehatan 2019) dan Shafina Armareta Yasmin (Gizi Kesehatan 2019) adalah 2 mahasiswa FK-KMK UGM yang memiliki minat dalam lomba debat. Keduanya pernah beberapa kali mengikuti lomba debat sebelum mendapatkan Juara 1 dalam Lomba Debat Nutrition Fair 2023 yang dilaksanakan oleh Institut Pertanian Bogor pada 15 Juni 2023. Ternyata, dalam satu tim yang beranggotakan 3 orang itu terdapat 1 nama yang baru pertama mengikuti lomba debat. Dia adalah Nandini Mahira Putri (Gizi Kesehatan 2019).

“Saya tertarik untuk ikut dalam lomba debat karena ingin mencoba hal baru,” ungkap Nandini Mahira Putri.

Angel mulai tertarik dengan debat saat ia masuk ke bangku kuliah, sedangkan Shafina sudah mulai tertarik sejak SMA. Ketiganya merupakan mahasiswa tingkat akhir di Program Studi Gizi Kesehatan FK-KMK UGM yang ingin mengisi waktu luangnya dengan kegiatan bermanfaat.

Angel menjelaskan bahwa lomba debat dilaksanakan menggunakan sistem Asian Parliamentary dalam 3 babak, yaitu pra eliminasi, eliminasi, dan final. “Di hari H debat, kami langsung bertemu dengan tim lain. Ketiga babak tersebut langsung selesai dalam 1 hari,” jelas Angel.

Nandini, sebagai orang yang baru pertama kali mengikuti lomba debat memiliki beberapa persiapan khusus, seperti belajar menyampaikan argumen, role play dengan anggota tim, dan latihan mosi-mosi yang mungkin muncul.

Perjalanan mendapatkan juara 1 tidak mudah, ada kendala yang harus dilewati oleh masing-masing anggota tim. Menurut Shafina, kendala paling besar adalah bagaimana cara menyatukan case building ketiga anggota. “Setiap orang punya style case building masing-masing dan kami juga belum pernah turun bersama sebagai tim,” terang Shafina.

Angel menambahkan, selain belajar mosi, paham teknik dan aturan debat juga penting. Menurutnya, mosi yang muncul pasti banyak yang tidak terduga. Jadi, daripada terlalu banyak menebak, lebih baik memahami alur debat dan tahu kapan harus pidato. “Supaya tidak kalang kabut, masing-masing anggota harus paham posisi dan perannya, termasuk 1 orang yang memiliki peran ganda (pembicara penyimpul),” jelas Shafina. Meskipun baru pertama kali, Nandini juga cepat menyesuaikan diri. Menurut dirinya, yang paling penting adalah membantu satu sama lain dalam membangun argumen supaya tidak lepas fokus. “Teknik itu penting untuk kita bisa menyampaikan argumen di dalam debat,” tambah Shafina.

Sebagai orang yang baru pertama kali mengikuti lomba debat, Nandini merasa panik dan gugup ”Saya takut malah menjadi beban untuk tim,” ucapnya. Namun, dia tetap maju dan menjalani apa adanya dengan mengerahkan semua kemampuan dari latihan-latihannya. Koordinasi dengan anggota tim ia lakukan supaya jelas bagaimana pembagian peran saat menyampaikan argumen. “Meskipun nanti pada akhirnya tidak akan ikut lomba lagi, pengalaman tersebut masih bisa diaplikasikan untuk kegiatan sehari-hari lainnya, seperti negosiasi,” jelas Nandini.

Dalam debat, setiap debator memiliki cara masing-masing untuk membangun argumen. Shafina pun demikian, dirinya berbagi tips yang selama ini digunakan dalam perlombaan. “Dalam setiap round debat, juri dianggap sebagai orang yang logis dan memiliki common sense, tapi tidak tahu permasalahan yang diangkat dalam debat. Maka dari itu, kita harus elaborasi permasalahan dengan argumen yang jelas sejak awal, step by step, supaya juri yang tadinya tidak tahu permasalahan tersebut jadi paham argumen seperti apa yang akan disampaikan,” jelasnya. Angel menambahkan, update dan terus membaca informasi baru juga penting karena dalam lomba debat umum, mosi yang muncul sangat tidak terduga. “Dan jangan takut penilaian juri akan berat sebelah karena juri debat sudah terakreditasi,” tambah Angel.

Menurut mereka bertiga, hal yang paling sulit dari debat adalah bersikap netral. “Seninya debat adalah bagaimana kita bisa menempatkan diri dan tahu pemikiran logis posisi orang yang pro maupun kontra,” jelas Shafina. (Nirwana/Reporter)