FK-KMK UGM. Denyut manusia memiliki standar yang harus dipenuhi untuk dikatakan sebagai denyut yang normal. Kelainan denyut yang tidak normal biasa disebut dengan aritmia. Aritmia dibagi menjadi 3 jenis, yaitu denyut yang terlalu cepat, denyut yang terlalu lambat, dan denyut yang tidak beraturan.
Penjelasan lengkap mengenai aritmia ini dipaparkan oleh dr. Fera Hidayati, Sp.JP Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK-KMK UGM dalam Bincang Sehat RAISA pada Selasa (20/12) dengan judul “Aritmia: Bukan Sembarang Irama”.
dr. Fera menjelaskan bahwa denyut yang jumlahnya >100 kali/menit dan <60 kali/menit termasuk ke dalam gejala aritmia. Sedangkan aritmia yang denyutnya tidak beraturan umumnya terjadi secara sporadis.
Sebagai skrining mandiri, kita bisa menghitung jumlah denyut dengan meraba nadi yang letaknya di pergelangan tangan sejajar dengan jempol. “Jika memiliki smartwatch yang dilengkapi fitur penghitungan denyut nadi itu lebih praktis,” ungkap dr. Fera.
Menurut pemaparan dr. Fera, yang membedakan aritmia dengan perubahan denyut yang normal adalah gejala yang dibawanya. “Aritmia biasanya dibarengi dengan gejala lemas, keringat dingin, pusing, dan gejala yang paling parah adalah pingsan,” tambahnya.
Jika aritmia terjadi secara mendadak, ada beberapa tindakan yang bisa kita lakukan untuk membantu menormalkan kembali jumlah denyut. “Apabila aritmia yang muncul adalah percepatan denyut, pasien bisa melakukan batuk yang keras, merangsang muntah, serta menyelam di dalam baskom berisi air untuk memperlambat denyut. Sedangkan untuk mengatasi aritmia dengan denyut yang melambat, kita bisa melakukan hand gripping sebagai upaya mempercepat denyut,” jelas dr. Fera.
Aritmia merupakan kelainan yang jarang diperhatikan, padahal kelainan ini bisa menyebabkan kematian mendadak. Perlu pemeriksaan lebih lanjut jika seseorang mulai merasakan gejala-gejala seperti yang sudah dijelaskan di atas. (Nirwana/Reporter. Sumber foto: cloudinary.com)