Memaksimalkan Teknologi untuk Pembelajaran Modern

FK-KMK UGM. Cakupan pembelajaran berbasis teknologi sangatlah luas, mulai dari face-to face learning, e-learning hingga mobile learning sehingga tidak ada alasan untuk tidak menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si, Kepala Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) UGM serta pembicara kunci dalam acara Postgraduate Symposium 2022: Use of Digital Resources in Medical and Health Postgraduate Education, Jumat (12/08) secara hybrid.

Pak Mayong, sapaan beliau, menyampaikan bahwa 73% penduduk Indonesia menggunakan internet dengan rata-rata penggunaan perhari selama 9 jam. Konten yang paling banyak dilihat adalah online video, sedangkan platform yang paling banyak diakses adalah YouTube, whatsapp, Instagram dan facebook. Berdasarkan data tersebut, media-media dapat dimaksimalkan untuk memberikan pembelajaran kepada peserta didik maupun sebagai sumber pengetahuan kepada peserta didik serta masyarakat umum.

Lebih lanjut Pak Mayong menjelaskan saat ini berbagai sumber pengetahuan atau pembelajaran dapat diakses dengan mudah dan cepat. Platform-platform seperti YouTube dan sejenisnya dapat dimaksimalkan sebagai sumber pembelajaran. Berbagai macam sumber pembelajaran lainnya seperti online courses, online specializations, online certificates, maupun online degree programs.

“Tidak hanya di laboratorium, rumah sakit, kelas, tetapi peserta didik dapat memperkuat kompetensi melalui sumber-sumber tersebut,” urai Pak Mayong.

Tantangan dalam pembelajaran modern yang pertama adalah the emerging higher education, pengalaman menggunakan digitalisasi pembelajaran selama Covid-19 tidak akan ditinggalkan, pembelajaran hybrid masih terus digunakan dan selalu berkembang. Kedua, teknologi dalam pelayanan kesehatan, bagaimana pasien tetap bisa mendapatkan akses pelayanan kesehatan secara online sehingga teknologi sangat dimungkinkan untuk terus dikembangkan.

Ketiga, machine learning di sektor kesehatan, meliputi 1) medical imaging yang mampu memberikan informasi kondisi pasien yang dapat dilihat secara cepat dan akurat, 2) penemuan obat yang mampu memotong biaya dan waktu, serta mempercepat proses R&D dan clinical trials, 3) electronic health record (EHR), melalui berbagai macam data yang dapat menjadi insight untuk memprediksi kondisi kesehatan pasien dan perawatan yang sesuai.

Keempat, kebutuhan transformasi pendidikan yang tinggi. Perguruan Tinggi harus mampu fleksibel dan adaptif terhadap perubahan karakter peserta didik, pengembangan learning outcome yang adaptif terhadap kebutuhan yang lebih spesifik, memfasilitasi hybrid knowledge dan hybrid skill yang terus berkembang, menghasilkan peserta didik yang berkarakter dan beretika serta mampu berkompetisi secara global. (Dian/IRO)