FK-KMK UGM. Kejang epilepsi yang paling menonjol adalah kejang yang kelojotan. Epilepsi sendiri merupakan gangguan sel-sel otak akibat aktivasi kelistrikan yang berlebihan di otak. Bentuk kejang ada bermacam-macam, tidak semua kejang dikarenakan epilepsi, kejang epilepsi atas diagnosis dokter spesialis saraf, sehingga pasien minum obat dalam jangka panjang. Hal ini disampaikan oleh dr. Atitya Fithri Khairani, MSc., Sp.S(K) dosen Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM dalam kegiatan Bincang-bincang RAISA Radio, Kamis (23/6) secara daring.
Selain kelojotan, ciri-ciri lain kejang epilepsi adalah mulut berbuih dan mata melirik keatas. Dokter Atitya juga menyampaikan dalam acara yang mengangkat topik “Kenali Penyebab dan Penanganan Epilepsi”, penyebab epilepsi karena murni kelistrikan yang berlebih, biasanya terjadi pada usia dibawah 25 tahun. Sedangkan epilepsi pada saat usia dewasa bisa disebabkan karena hal lain, seperti post trauma, stroke, tumor otak atau penyebab lainnya.
Umumnya kecapekan, banyak pikiran dan cahaya menjadi pemicu kejang pada penderita epilepsi. “Beberapa pasien epilepsi sangat sensitif terhadap cahaya, seperti cahaya handphone/TV/matahari, disarankan memakai kacamata hitam,” tambahnya.
Bagi balita yang mengalami kejang demam segera untuk ditangani. Tidak semua kejang demam akan mengalami epilepsi, hanya 10% berisiko mengalami epilepsi. Sehingga perlu segera ditangani oleh dokter untuk mencegah kejang demam tidak berulang. Namun, ketika terjadi kejang pada anak jangan dibiarkan terlalu lama karena akan mengganggu aliran darah ke otak yang menyebabkan otak kekurangan oksigen. Hal ini akan berefek pada sel-sel otak. Jika dibiarkan dan berulang terus akan mengganggu fungsi otak.
Apabila menemukan seseorang kejang epilepsi disekolah atau tempat lain maka yang perlu dilakukan adalah mengamankan bagian kepala dengan media yang empuk, seperti bantal, jaket yang dilipat; jangan ditahan kejangnya; dan ditemani hingga sadar. “Apabila kejang terjadi lebih dari 2-3 menit agar segera dibawa ke rumah sakit,” urai dokter Atitya.
Mitos-mitos yang mengatakan bahwa epilepsi menular melalui buih dan menurun secara genetik, bukanlah yang benar. “Sehingga jika ada pasien kejang segera ditolong,” tambah dr. Vega Pratiwi, M.Sc., Sp.N. rekan dokter Atitya, sekaligus moderator dalam acara tersebut. (Dian/IRO)