Raih Gelar Doktor Usai Mengkaji Gangguan Mata Miopia Tinggi

FK-KMK UGM.  Mahasiswa Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, dr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K) berhasil meraih gelar Doktor UGM ke-5.454 dengan predikat kelulusan sangat memuaskan, dalam sidang promosi Doktor, Rabu (16/3) yang digelar secara daring.

Penelitian dr. Vidyapati dengan Dr. dr. Denny Agustiningsih, M.Kes ini secara khusus mengkaji mengenai “Peran Capsular Tension Ring pada Populasi Miopia Tinggi yang Menjalani Fakoemulsifikasi Terhadap Optimalisasi Penglihatan dan Efisiensi Menjaga Kestabilan Area Zonula”.

“Perkiraan beberapa hasil studi epidemiologi dalam laporan bersama WHO-Brian Holden Vision Institute di tahun 2015, miopia tak terkoreksi merupakan penyebab utama gangguan penglihatan yang mempengaruhi 1,89 miliar orang di
seluruh dunia dan diproyeksikan akan menjadi hampir dua kali lipat pada tahun 2020. Bahkan beberapa perubahan terjadi pada lensa mata berupa nuclear sclerosis yang dikategorikan sebagai early onset cataract pada miopa tinggi.”, ungkapnya.

Doktor Vidyapati juga menjelaskan bahwa dalam kajian penelitian meta analisis terdahulu didapatkan bahwa peluang untuk terjadinya katarak jenis nuclear sclerosis pada penyandang miopia tinggi adalah 3,3x lebih berisiko dibandingkan dengan orang normal pada golongan usia diatas 49 tahun.

“Dalam masa menjelang puncak karir para penyandang miopia tinggi, nuclear sclerosis akan berkembang sedemikian rupa sehingga mengakibatkan gangguan penglihatan, pada saat inilah perlu dilakukan intervensi operasi untuk 4 menghilangkan kataraknya dan optimalisasi penglihatannya dengan tujuan agar penyandang miopia dapat bekerja kembali”, imbuhnya.

Dirinya menambahkan bahwa meskipun prosedur operasi pada katarak jenis nuclear sclerosis sama dengan operasi katarak konvensional namun operasi pada miopia tinggi dengan panjang bola mata (axial length) >26mm memiliki risiko antara lain keluaran refraksi pasca operasi yang bervariasi dan tidak sesuai dengan target berdasarkan perhitungan biometri. “Pengerutan kantong kapsul lensa (capsular bag contraction/CBC) pasca operasi adalah hal yang biasa terjadi setelah evakuasi isi kantong kapsul lensa pada setiap operasi katarak,” ungkapnya.

Hasil penelitian Dr. Vidyapati ini menunjukkan bahwa hasil Kedua CTR memiliki kemampuan yang sama untuk mencapai optimalisasi penglihatan. Efisiensi kinerja CTR 1311 untuk menjaga kestabilan area zonula lebih baik dari CTR 1210, namun CTR 1210 memiliki keamanan yang lebih baik dari CTR 131. (Wiwin/IRO)

Berita Terbaru